Jumat, 10 Juni 2016

PENDIDIKAN PADA AWAL MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

PPENDIDIKAN PADA AWAL MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Dosen pembimbing:
Ka’ Eriksan.M.Pd.I

Di susun Oleh:

M.Mahfudz Nasir : 1511010297
Latifatul Fitriya    :
Loli fitria              :



Tugas Kelompok 11 Kelas F Semester 1


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Islam Pada Awal Masuknya Islam Ke Indonesia” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya,Dengan Bertepatan pada hari Sumpah Pemuda Sehingga mempunyai kesan Tersendiri Insa Allah. Dan juga kami berterimakasihpadaka’ Eriksan.M.Pd.I Dosen Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang telahmemberikantugasinikepadakami .
Kami sangatberharapmakalahinidapatbergunadalamrangkamenambahwawasansertapengetahuankitamengenaiPendidikan Islam pada Masa awal mauknya islam ke indonesia, Kami jugamenyadarisepenuhnyabahwa di dalammakalahiniterdapatkekurangandanjauhdari kata sempurna. Olehsebabitu, kami berharapadanyakritik, saran danusulan demi perbaikanmakalah yang telah kami buat di masa yang akandatang, mengingattidakadasesuatu yang sempurnatanpasaranyangmembangun.Semogamakalahsederhanainidapatdipahamibagisiapapun yang membacanya.Sekiranyalaporan yang telahdisusuninidapatbergunabagi kami sendirimaupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohonmaafapabilaterdapatkesalahan kata-kata yang kurangberkenandan kami memohonkritikdan saran yang membangun demi perbaikan di masadepan.






Bandar Lampung,28Oktober 2015



Penyusun

DAFTAR ISI
                                                                                                                      Hal
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.     LatarBelakang................................................................................... 1
B.     RumusanMasalah............................................................................... 1
C.     TujuanPenyusunan............................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A.     Pengertian Pendidikan Islam .............................................................. 3
B.     Kedatangan Islam Di Indonesia ......................................................... 4
C.     Jalur Dan Cara Islamisasi Di Indonesia .............................................. 6
D.     Pendidikan Islam pada Awal Masuknya Islam DI Indonesia ............... 8
E.      Sistem Dan Isi Pendidikan Islam Di Indonesia..................................... 12
F.      Pendidikan Islam MasaDepan............................................................ 12


BAB III
PENUTUP................................................................................................... 14
A.     Kesimpulan........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.
Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan tersebut telah menarik perhatian para ahli baik dari dalam maupun luar negeri untuk melakukan studi ilmiah secara komprehensif. Kini sudah banyak hasil karya penelitian para ahli yang menginformasikan tentang pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut. Tujuannya selain untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang bernuansa keislaman juga sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi para pengelola pendidikan islam pada masa-masa berikutnya.
Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang perkembangan pendidikan islam di Indonesia, pantasnya kita mengkaji tentang sejarah masuknya islam di Indonesia dan pendidikan pada masa permulaan. Di sini pemakalah berusaha memaparkan tentang sejarah masuknya islam di indonesia dan pendidikan islam pada masa permulaan sebagai awal dari perjalanan untuk mengkaji lebih jauh tentang perkembangan pendidikan islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses awal masuknya islam di Indonesia?
2.      Bagaimana keadaan pendidikan islam pada masa permulaan?


C.    Tujuan Penyusunan
1.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses awal masuknya islam di Indonesia.
2.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan pendidikan islam pada masa permulaan masuknya islam di indonesia.
3.      Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Pelajaran Sejarah Pendidikan Islam.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pendidikan Islam
Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.
           Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.).HM. Arifin menyatakan, pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia.
            Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis,praktis. 
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
B.     Kedatangan Islam Di Indonesia
                        Pada awal masuknya islam di indonesia islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejaran pengembangan islam di indonesia, dan juga merupakan halyang tidak jelas[1] ketidak jelasan ini, antara lain, terletak pada pernyataan kapan islam datang, dari mana islam berasal, siapa yang menyebarkan islam di indonesia pertama kali, dan sebagainya.Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan indonesia di kenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas.sejak awal abad masehi sudah ada rute pelayaran dan di daratan asia tenggara[2]. Wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara cina dan india. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari maluku, dipasarkan di jawa dan sumatra untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di sumatra dan jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing,seperti lamuri (Aceh), barus dan palembang di sumatra, (sunda kelapa dan gresik di jawa)
            Pedagang-pedagang muslim asal Arab, persia, dan india juga ada yang sampai ke kepulauan indonesia untuk berdagang sejak abad ke- 7 M (abad 1 H), ketika islam pertama kali berkembang di timur tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukan portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok nusantara dibawa ke cina dan india, terutama gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan malaka pada waktu itu. Dengan demikian, malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke barat lagi dari gujarat, perjalanan laut melintas laut arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju teluk oman, melalui selat ormuz, ke teluk persia. Jalan ke dua melalui teluk aden dan laut merah, dan dari kota suez jalan perdagangan harus melalui jalan daratan ke kairo dan iskandariah. Melaui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal arab, persia, dan india mondar mandir ke barat dan timur dan terus ke cina menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.[3]
            Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri di asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan islam di bawah bani umayyah di bagian barat dan kerajaan cina zaman dinasti tang di asia bagian timur serta kerajaan sriwijaya diasia tenggara. Akan tetapi, menurut taufi Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi indonesia di tempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang muslim itu beragama islam. Adanya kolonial itu, diduga sejauh yang paling bisa di pertanggung jawabkan, ialah para pedagang arab tersebut, hanya berdiam untuk menunggu muslim yang baik bagipelayaran.
            Baru pada zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk islam, bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di samudra pasai, perlak, dan palembang di sumatera. Di jawa, makam fatimah binti maimun di leran gresik yang berangka tahun 475 H ( 1082 M ), dan makam-makam islam ditrayala yang berasal dari abad ke- 13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas islam, termasuk di pusat kekuasaan hindu – jawa ketika itu, majapahit.
            Masuknya ajaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pendidikan, dimana dalam mengajarkan agama Islam ketika itu masih memakai metode dakwah,yaitu seperti ceramah dan dialog interaktif. Agama Islam sebagai agama perdamaian sangat mudah diterima oleh Masyarakat Indonesia hal tersebut terbukti dengan mudah agama ajaran Islam berterima di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam proses pembentukan dan pengembangan masyarakat Islam yang juga melalui kontak, misalnya kontak jual beli, perkawinan dan keadaan tersebut berlangsung secara individual dan kolektif.[4]
C.     Jalur Dan Cara Islamisasi Di Indonesia
            Menurut uka tjandrasasmita, saluran atau jalur islamisasi yang berkembang ada enam[5], yaitu :
1. Jalur perdagangan
Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak orang muslim itu menjadi orang jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat, pengusa-penguasa jawa yang, yang menjabat sebagai bupati-bupati majapahit yang di tempatkan dipesisir utara jawa banyak yang masuk islam, bukan hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi perdagangan-perdagangan muslim. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Jalur perkawinan
Dari sudut ekonomi pedagang muslim memiliki setatus ekonomi yang lebih baik, sehingga banyak puteri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah merekan memiliki keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akibatnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antar saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati, atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
3. Jalur tasawuf
Pengajaran tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia. Dengan tasawuf bentuk islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi memiliki persamaan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan di terima.
4.Jalur pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melaui jalur pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama.Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di ampel denta surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang diundang kemaluku untuk mengajarkan islam.
5. Jalur kesenian
Kesenian yang paling dikenal adalah wayang.Dikatakan, sunan kali jaga adalah tokoh yang mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucap kalimat syahadat. Kesenian –kesenian lain juga di jadikan sebagai islamisasi seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir.
6.Jalur politik
Dimaluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu.demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non islam. Kemenangankerajaan islamsecara politis menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.


D.    Pendidikan Islam pada Awal Masuknya Islam DI Indonesia

a.      Ngoon Ngaji’dan Pesantren
Dalam arti luas, tradisi pendidikan islam muncul seirama dengan proses islamisasi itu sendiribahkan, pendidikan mempunyai prana penting dalam transmisi pengetahuan agama dalam masyarakat luas,pada awal abat-19,di indonesia belum mengenal sistem pendidikan moderen atau pendidikan model belanda.sistem pendidikan islam di Indonesiamasih bersifat ttradisional ,sebelumabad ke duapuluh tersebut,indonesia hanya mengenal satu jenis pendidikan saja dari apa yang di sebut dengan’’dengan lembaga pengajaran asli’’,yaitu sekolah-sekolah agama islam dengan ber bagai bentukya (masjid,langar,surau,pesanteen)[6].
Sistem pendidikan ini menitikberatkan pada pendidikan membaca al-quran, pelaksanaan shalat ,dan plajaran tentang kewajiaban-kewajiban pokok agama. Sejalan dengan proses penyebaran islam di indonesia, pendidikan islam mulai tumbuh, meskipun masih bersifat individualis.[7]
Kemudian, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga masjid, surau, dan langgar, mulailah secara bertahap berlangsung pengajian umum mengenai tulis baca Al Quran dan wawasan keagamaan.[8] Pendidikan ini selain disebutkan di atas, berlangsung di rumah imam masjid atau anggota masyarakat islam yang shaleh lainnya.
Di Jawa, secara tradisional, sekolah- sekolah Al Quran atau pengajian Al quran tidak memiliki sebutan atau disebut secara jelas.Orang jawa menyebutnya Ngon ngaji, yang berarti tempat murid-murid belajar membaca Al Quran tahap permulaan.Sedangkan kegiatan murid-murid yang mengikuti pelajaran Al Quran ini disebut ngaji Qur’an.[9]
Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat.Karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga keberadaannya ditangan –tangan masyarakat tidak menjadi tersaing. Dalam waktu yang sama segala aktivitasnya pun mendapat dukungan dan apresiasi penuh dari masyarakat sekitarnya. Semuanya memberi penilaian tersendiri bahwa sistem pesantren adalah merupakan sesuatu yang bersifat “asli” atau “indigenos” Indonesia, sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan harus dikembangkan[10]
b.      Pendidikan Non Formal: Kasus Majlis Taklim
majlis taklim, sebagai salah satu bentuk pendidikan islam yang bersifat non formal, tampak mempunyai kekhasan tersendiri. Lembaga ini mempunyai daya tarik yang luar biasa besar.Ini dapat dilihat dari segi jumlah lembaga yang ada maupun jamaah.Umumnya, tidak terikat pada salah satu organisasi atau paham keagamaan tertentu. Dengan kata lain, sekterianisme keagamaan menjadi pudar dalam majlis taklim. Lembaga ini menyerupai kumpulan-kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami islam disela-sela kesibukan kerja dan bentuk-bentuk aktivitas lainnya, atau sebagai bentuk pengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga.
Surau
Istilah surau di minangkabau sudah dikenal sebelum datangnya Islam.Surau dalam system minangkabau adalah kepunyaan suku atau kaum sebagai pelengkap rumah gadang yang berpungsi sebagai tempat bertemu, berkumpul, rapat dan tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil baligh dan orang tua yang uzur.Fungsi surau ini semakin kuat karna struktur masyarakat minangkabau yang menganut system matrilineal.Menurut ketentuan bahwa laki-laki tak punya kamar dirumah orang tuanya, sehingga mereka diharuskan untuk tidur disurau.Kenyataan ini menyebabkan surau menjadi tempat penting pendewasaan generasi Minangkabau, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun keterampilan lainnya.
Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan islam, hanya saja fungsi keagamaannya semakin penting yang diperkenalkan pertama kali syekh Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan ajaran Islam khususnya tarekat (suluk). Sebagai lembaga pendidikan tradisional, surau menggunakan system pendidikan halaqoh.Materi pendidikan yang diajarkan pada awalnya masih di seputar belajar huruf hijaiyah dan membaca Al-quran.Di samping ilmu-ilmu keislaman lainnya.Seperti keislaman, akhlak dan ibadah, pada umumnya pendidikan ini dilaksanakan pada malam hari.[11]
c.       Meunasah, rangkang dan dayah.
Secara etimologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah.Bagi masyarakat Aceh meunasah tidak hanya semata-mata tempat belajar, bagi mereka meunasah memiliki multifungsi. Meunasah di samping tempat belajar, juga berfungsi tempa ibadah, tempat pertemuan, musyawarah, pusat informasi, tempat tidur, dan tempat menginap bagi musyafir, tempat perayaan kenduri masal dalam kampung, seperti maulid nabi SAW, nuzulul Qur’an, dan Isra’ mi’raj dan juga sebagai tempat pejabat-pejabat gampong memutuskan dan memecahkan masalah-masalah social kemasyarakatan.
Di tinjau dari segi pendidikan, meunasah adalah lembaga pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar.Di meunasah para murid di ajar menulis, membaca huruf Arab, ilmu agama, dan akhlaq.
Adapun rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun di sekitar masjid. Menurut Qanun Meukuta Alam, dalam tiap-tiap kampung harus ada satu meunasah. Masjid berfungsi sebagai tempat berbagai kegiatan umat, termasuk didalamnya kegiatan pendidikan.Karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu di bangun tempat tinggal mereka disekitar masjid, tempat tinggal murid disekitar inilah yang disebut dengan rangkang. Pendidikan di rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab, tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat sekarang adalah SLTP.
Dayah berasal dari bahasa arab Zawiyah. Kata Zawiyah pada mulanya merujuk kepda sudut dari satu bangunan, dan sering dikaitkan dengan masjid. Disudut masjid itu terdapat proses pendidikan antara si pendidik dengan si terdidik. lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa arab, misalnya fiqih, bahasa arab, tauhid tasawuf dan lan sebagainya. tingkat pendidikan ini setara dengan SLTA.                 
Pada Abad ke-18, surau dan dayah sudah mapan eksistensinya. Melalui lembaga-lembaga tersebut islam telah mengakar kuat di Nusantara.
d.       Madrasah
Kebangkitan madrasah menandai munculnya lembaga pendidikan formal islam. Madrasah merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan khan sebagai tempat tinggal mahasiswa.[12] Yang kemudian menjadi fenomena baru dalam lembaga pendidikan islam. Madrasah menjadi urutan ketiga dari satu garis perkembangan pendidikan: masjid, kemasjid-khan, kemudian ke madrasah. Menurut Makdisi, masjid-khan yang kemudian tumbuh menjadi atau menjadi model pembangunan madrasah adalah masjid-khan dimana fiqh menjadi bidang study utama madrasah. Azyumardi Azra menyatakan bahwa sepanjang sejarah islam, madrasah dijadikan tempat mengajarkan al-‘ulum al-islamiyah atau tepatnya al-‘ulum al-diniyah ilmu-ilmu agama, dengan penekanan khusus pada bidang fiqh, tafsir, dan hadits. Sementara itu, ilmu-ilmu non agama atau keduniawian (profan), khususnya ilmu-ilmu alam dan eksata yang merupakan akar perkembangan sains dan teknologi sejak awal perkembangan madrasah sudah berada posisi marginal.
E.      Sistem Dan Isi Pendidikan Islam Di Indonesia
            Pada awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan secara informal. Sistem pendidikan islam informal ini, terutama yang berjalan dalam lingkungan keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya.Mereka dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan didahului membaca basmallah.Mereka dilatih membaca Al Quran, melakukan shalat dengan berjamaah, berpuasa dibulan ramadhan, dan lain-lain.
Usaha pendidikan agama dimasyarakat, yang kelak dikenal dengan pendidikan non formal,ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna.
F.      Pendidikan Islam Masa Depan
Prospek pendidikan Islam pada masa mendatang, harus pula dikaji dan diteropong melalui lensa realitas pendidikan islam di Indonesia yang ada pada hari ini. Melihat kendala yang dihadapi oleh pendidikan nasional, minimal telah terpantul sinar yang juga menggambarkan tentang kondisi pendidikan Islam di Indonesia pada masa kini. Adapun kendala tersebut berupa:
a.       Kurikulum yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk pelajaran umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam.
b.      Kurang berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran professional, kurang inofatif, kurang berperan dalam pengembangan pendidikan, kurang terpantau.
c.       Minimnya persamaan hak dengan pendidikan umum
d.      Minimnya peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas.
Beberapa strategi yang perlu dicanangkan untuk memprediksi pendidikan Islam masa depan adalah sebagai berikut.
1. Strategi sosial politik
Menekankan diperlukannya merinci butir-butir pokok formalisasi ajaran Islam di lembaga-lembaga negara melalui upaya legal formalitas yang terus menerus oleh gerakan Islam terutama melalui sebuah partai secara eklusif khusus bagi umat Islam termasuk kontrol terhadap aparatur pemerintah.Umat Islam sendiri harus mendidik dengan moralitas Islam yang benar dan menjalankan kehidupan islami baik secara individu maupun masyarakat.
2. Strategi Kultural
Dirancang untuk kematangan kepribadian kaum muslimin dengan memperluas cakrawala pemikiran, cakupan komitmen dan kesadaran mereka tentang kompleksnya lingkungan manusia.
3. Strategi Sosio cultural
Diperlukan upaya untuk mengembangkan kerangka kemasyarakatan yang menggunakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.







BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendidikan islam pada waktu pertama kali masuknya islam ke indonesia yaitu tatkala para saudagar islam yang berdagang di Indonesia dengan membawa agamanya yaitu islam kemudian di tularkan kepada penduduk pribumi atau warga indonesia, dengan proses islamisasi melewati berbagai jalur pengislman yang terbagi dalam Jalur Perdagangan, Jalur perkawinan, Jalur tasawuf, Jalur pendidikan, Jalur kesenian dan Jalur politik
Kemudian setelah itu pendidikan di indonesia mengalami pembentukan dan perkembangan melalui beberapa faktor pendukung seperti Nggon ngaji dan pesantren, Majlis taklimMeunasah, rangkang dan dayah dan Madrasah.
Dalam Islam,  tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik personal dan  masyarakat untuk mengimplementasikan akhlaq yang mulia, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Dr. Yatim badri.2007.Sejarah peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada).
Dra.Zuhairini dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam.( Jakarta: PT. Bumi aksara. Jakarta 133220)
H. Bauder dan I.J. Brugmans (eds.) 1987, politik dan etis dan revolusi kemerdekaan (Jakarta: yayasan Obor Indonesia,).
Hasbullah.1999, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah dan pertumbuhan Islam: (Jakarta: PT. Grafindo Persada).
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam  di Indonesia. 2001,  (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,),
M.C Ricklefs. 1990, sejarah islam moderen. Terj. Dharmono hardjowidjono ( yogyakarta : gadjah mana university press,)
Mahmud Yunus, Prof Dr. H.1992.sejarah pendidikan islam indonesia.(Jakarta: mutiara sumber widya).
Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Totosusanto (Ed). 1984, Sejarah Nasional Indonesia II. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984).
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Menelusuri  Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).
Uka Tjandrasasmita (Ed). 1984, Sejarah Nasional Indonesia Iii, (Jakarta: Pn Balai Pustaka,).






[1]M.C Ricklefs, Sejarah Islam Moderen. Terj. Dharmono hardjowidjono ( yogyakarta : gadjah mana university press, 1990) hlm.3
[2]Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Totosusanto (Ed). Sejarah Nasional Indonesia II. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 2.
[3]Uka Tjandrasasmita (Ed), Sejarah Nasional Indonesia Iii, (Jakarta: Pn Balai Pustaka, 1984), Hlm.122
[4]. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarahdan  Perkembangan.ed.1.cet.3.(Jakarta:Raja Grafindo Persada 1999),hlm.20
[5] Uka Tjandrasasmita (ed). Sejarah Nasional Indonesia Iii.(Jakarta: Pn Balai Pustaka, 1984), hlm.188-195

[6]Munir, dan Nor Huda  [ed.], Reranstruri dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam (yokyakarta: Global Pustaka Utama Dan Corpus, 2005) Hlm ,47-70,
[7]I.J.Brugmas,’’Politik Pengajaran’’,dalam H.Bouder Dan I.J.Brukmas[eds,], “politik pengajaran”, dalam H. Bauder dan I.J. Brugmans (eds.), politik dan etis dan revolusi kemerdekaan (Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 176.
[8]Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam  di Indonesia  (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm.6
[9]Zamakhsyari Dhofier, “ Sekolah Al Quran Dan Pendidikan Al Quran Di Indonesia”. Hlm 88
[10]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri  Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 286.

[11] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam , 280.
[12]Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam: Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan (Bandung: Mizan, 1994), hlm.45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...