PPENDIDIKAN PADA AWAL MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Dosen pembimbing:
Di susun Oleh:
M.Mahfudz Nasir :
1511010297
Latifatul Fitriya :
Loli fitria :
Tugas Kelompok 11 Kelas F Semester 1
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN INTAN
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pendidikan Islam Pada Awal Masuknya Islam Ke
Indonesia” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya,Dengan Bertepatan pada hari Sumpah Pemuda Sehingga
mempunyai kesan Tersendiri Insa Allah. Dan juga kami berterimakasihpadaka’
Eriksan.M.Pd.I Dosen Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang telahmemberikantugasinikepadakami .
Kami
sangatberharapmakalahinidapatbergunadalamrangkamenambahwawasansertapengetahuankitamengenaiPendidikan Islam pada Masa awal mauknya islam ke
indonesia, Kami
jugamenyadarisepenuhnyabahwa di dalammakalahiniterdapatkekurangandanjauhdari
kata sempurna. Olehsebabitu, kami berharapadanyakritik, saran danusulan demi
perbaikanmakalah yang telah kami buat di masa yang akandatang,
mengingattidakadasesuatu yang sempurnatanpasaranyangmembangun.Semogamakalahsederhanainidapatdipahamibagisiapapun
yang membacanya.Sekiranyalaporan yang telahdisusuninidapatbergunabagi kami
sendirimaupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami
mohonmaafapabilaterdapatkesalahan kata-kata yang kurangberkenandan kami
memohonkritikdan saran yang membangun demi perbaikan di masadepan.
Bandar Lampung,28Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
LatarBelakang................................................................................... 1
B.
RumusanMasalah............................................................................... 1
C.
TujuanPenyusunan............................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A.
Pengertian Pendidikan Islam .............................................................. 3
B.
Kedatangan Islam Di Indonesia ......................................................... 4
C.
Jalur Dan Cara Islamisasi Di Indonesia .............................................. 6
D.
Pendidikan
Islam pada Awal Masuknya Islam DI Indonesia ............... 8
E.
Sistem
Dan Isi Pendidikan Islam Di Indonesia..................................... 12
F.
Pendidikan
Islam MasaDepan............................................................ 12
BAB III
PENUTUP................................................................................................... 14
A.
Kesimpulan........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pendidikan islam di
Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan
secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang
sudah terhitung modern. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan
perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.
Perkembangan
lembaga-lembaga pendidikan tersebut telah menarik perhatian para ahli baik dari
dalam maupun luar negeri untuk melakukan studi ilmiah secara komprehensif. Kini
sudah banyak hasil karya penelitian para ahli yang menginformasikan tentang
pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut.
Tujuannya selain untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang bernuansa
keislaman juga sebagai bahan rujukan dan perbandingan bagi para pengelola pendidikan
islam pada masa-masa berikutnya.
Sebelum kita mengkaji lebih jauh
tentang perkembangan pendidikan islam di Indonesia, pantasnya kita mengkaji
tentang sejarah masuknya islam di Indonesia dan pendidikan pada masa permulaan.
Di sini pemakalah berusaha memaparkan tentang sejarah masuknya islam di
indonesia dan pendidikan islam pada masa permulaan sebagai awal dari perjalanan
untuk mengkaji lebih jauh tentang perkembangan pendidikan islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses awal masuknya islam di Indonesia?
2.
Bagaimana
keadaan pendidikan islam pada masa permulaan?
C. Tujuan Penyusunan
1.
Agar
mahasiswa mengetahui bagaimana proses awal masuknya islam di Indonesia.
2.
Agar
mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan pendidikan islam pada masa permulaan masuknya islam di indonesia.
3.
Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Pelajaran Sejarah Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Islam
Secara etimologis pendidikan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang
berarti mengasuh, mendidik, memelihara.
Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan.).HM. Arifin menyatakan, pendidikan secara
teoritis mengandung pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga
mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan menumbuhkan
kemampuan dasar manusia.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Islam menurut Zakiah
Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri
sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis,praktis.
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
B.
Kedatangan
Islam Di Indonesia
Pada awal masuknya islam di indonesia islamisasi merupakan suatu proses yang
sangat penting dalam sejaran pengembangan islam di indonesia, dan juga
merupakan halyang tidak jelas[1]
ketidak jelasan ini, antara lain, terletak pada pernyataan kapan islam datang,
dari mana islam berasal, siapa yang menyebarkan islam di indonesia pertama
kali, dan sebagainya.Sejak zaman
prasejarah penduduk kepulauan indonesia di kenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas.sejak awal abad masehi sudah ada rute pelayaran
dan di daratan asia tenggara[2]. Wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno
merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang
dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting
antara cina dan india. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari
maluku, dipasarkan di jawa dan sumatra untuk kemudian dijual pada pedagang
asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di sumatra dan jawa antara abad ke-1 dan
ke-7 M sering disinggahi pedagang asing,seperti lamuri (Aceh), barus dan
palembang di sumatra, (sunda kelapa dan gresik di jawa)
Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, persia, dan india juga ada yang sampai ke kepulauan indonesia
untuk berdagang sejak abad ke- 7 M (abad 1 H), ketika islam pertama kali
berkembang di timur tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukan portugis (1511),
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui malaka,
hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok nusantara dibawa ke cina dan
india, terutama gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan malaka
pada waktu itu. Dengan demikian, malaka menjadi mata rantai pelayaran yang
penting. Lebih ke barat lagi dari gujarat, perjalanan laut melintas laut arab.
Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju teluk
oman, melalui selat ormuz, ke teluk persia. Jalan ke dua melalui teluk aden dan
laut merah, dan dari kota suez jalan perdagangan harus melalui jalan daratan ke
kairo dan iskandariah. Melaui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal arab,
persia, dan india mondar mandir ke barat dan timur dan terus ke cina
menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.[3]
Perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri di asia
bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan islam di bawah
bani umayyah di bagian barat dan kerajaan cina zaman dinasti tang di asia
bagian timur serta kerajaan sriwijaya diasia tenggara. Akan tetapi, menurut
taufi Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi indonesia di tempat-tempat yang
disinggahi oleh para pedagang muslim itu beragama islam. Adanya kolonial itu,
diduga sejauh yang paling bisa di pertanggung jawabkan, ialah para pedagang
arab tersebut, hanya berdiam untuk menunggu muslim yang baik bagipelayaran.
Baru
pada zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk islam, bermula dari
penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13 M,
masyarakat muslim sudah ada di samudra pasai, perlak, dan palembang di
sumatera. Di jawa, makam fatimah binti maimun di leran gresik yang berangka
tahun 475 H ( 1082 M ), dan makam-makam islam ditrayala yang berasal dari abad
ke- 13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas islam, termasuk di pusat
kekuasaan hindu – jawa ketika itu, majapahit.
Masuknya
ajaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pendidikan,
dimana dalam mengajarkan agama Islam ketika itu masih memakai metode
dakwah,yaitu seperti ceramah dan dialog interaktif. Agama Islam sebagai agama perdamaian sangat mudah diterima oleh
Masyarakat Indonesia hal tersebut terbukti dengan mudah agama ajaran Islam
berterima di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam proses pembentukan dan
pengembangan masyarakat Islam yang juga melalui kontak, misalnya kontak jual
beli, perkawinan dan keadaan tersebut berlangsung secara individual dan
kolektif.[4]
C.
Jalur
Dan Cara Islamisasi Di Indonesia
Menurut
uka tjandrasasmita, saluran atau jalur islamisasi yang berkembang ada enam[5],
yaitu :
1. Jalur perdagangan
Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para
pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau jawa yang penduduknya
ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan
karenanya anak-anak orang muslim itu menjadi orang jawa dan kaya-kaya. Di
beberapa tempat, pengusa-penguasa jawa yang, yang menjabat sebagai
bupati-bupati majapahit yang di tempatkan dipesisir utara jawa banyak yang
masuk islam, bukan hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi
terutama karena faktor hubungan ekonomi perdagangan-perdagangan muslim. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mengambil alih perdagangan
dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Jalur perkawinan
Dari sudut ekonomi pedagang muslim memiliki
setatus ekonomi yang lebih baik, sehingga banyak puteri bangsawan tertarik
untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah merekan
memiliki keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akibatnya timbul
kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan
ini lebih menguntungkan apabila terjadi antar saudagar muslim dengan anak
bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati, atau bangsawan
itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
3. Jalur tasawuf
Pengajaran tasawuf atau para sufi,
mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat indonesia. Dengan tasawuf bentuk islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi memiliki persamaan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan di terima.
4.Jalur pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melaui
jalur pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh
guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama.Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat
tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden
rahmat di ampel denta surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri
ini banyak yang diundang kemaluku untuk mengajarkan islam.
5. Jalur kesenian
Kesenian yang paling dikenal adalah
wayang.Dikatakan, sunan kali jaga adalah tokoh yang mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucap kalimat syahadat. Kesenian –kesenian lain juga di jadikan
sebagai islamisasi seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir.
6.Jalur politik
Dimaluku dan sulawesi selatan, kebanyakan
rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu.demi
kepentingan politik kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non
islam. Kemenangankerajaan
islamsecara politis menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.
D. Pendidikan Islam pada Awal Masuknya Islam DI Indonesia
a.
Ngoon
Ngaji’dan Pesantren
Dalam arti luas, tradisi pendidikan
islam muncul seirama dengan proses islamisasi itu sendiribahkan,
pendidikan mempunyai prana penting dalam transmisi pengetahuan agama dalam masyarakat
luas,pada awal abat-19,di indonesia belum mengenal sistem pendidikan moderen
atau pendidikan model belanda.sistem pendidikan islam di Indonesiamasih
bersifat ttradisional ,sebelumabad ke duapuluh tersebut,indonesia hanya
mengenal satu jenis pendidikan saja dari apa yang di sebut dengan’’dengan
lembaga pengajaran asli’’,yaitu sekolah-sekolah agama islam dengan ber bagai
bentukya (masjid,langar,surau,pesanteen)[6].
Sistem pendidikan ini
menitikberatkan pada pendidikan membaca al-quran, pelaksanaan shalat ,dan
plajaran tentang kewajiaban-kewajiban pokok agama. Sejalan dengan proses
penyebaran islam di indonesia, pendidikan islam mulai tumbuh, meskipun masih
bersifat individualis.[7]
Kemudian, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga
masjid, surau, dan langgar, mulailah secara bertahap berlangsung pengajian umum
mengenai tulis baca Al Quran dan wawasan keagamaan.[8] Pendidikan
ini selain disebutkan di atas, berlangsung di rumah imam masjid atau anggota
masyarakat islam yang shaleh lainnya.
Di Jawa, secara tradisional,
sekolah- sekolah Al Quran atau pengajian Al quran tidak memiliki sebutan atau
disebut secara jelas.Orang jawa menyebutnya Ngon ngaji, yang berarti
tempat murid-murid belajar membaca Al Quran tahap permulaan.Sedangkan kegiatan
murid-murid yang mengikuti pelajaran Al Quran ini disebut ngaji Qur’an.[9]
Kehadiran pesantren tidak dapat
dipisahkan dari tuntutan umat.Karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan
selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga
keberadaannya ditangan –tangan masyarakat tidak menjadi tersaing. Dalam waktu
yang sama segala aktivitasnya pun mendapat dukungan dan apresiasi penuh dari
masyarakat sekitarnya. Semuanya memberi penilaian tersendiri bahwa sistem
pesantren adalah merupakan sesuatu yang bersifat “asli” atau “indigenos”
Indonesia, sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan harus dikembangkan[10]
b.
Pendidikan
Non Formal: Kasus Majlis Taklim
majlis taklim, sebagai salah satu
bentuk pendidikan islam yang bersifat non formal, tampak mempunyai kekhasan
tersendiri. Lembaga ini mempunyai daya tarik yang luar biasa besar.Ini dapat
dilihat dari segi jumlah lembaga yang ada maupun jamaah.Umumnya, tidak terikat
pada salah satu organisasi atau paham keagamaan tertentu. Dengan kata lain,
sekterianisme keagamaan menjadi pudar dalam majlis taklim. Lembaga ini
menyerupai kumpulan-kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar
kebutuhan untuk memahami islam disela-sela kesibukan kerja dan bentuk-bentuk
aktivitas lainnya, atau sebagai bentuk pengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga.
Surau
Istilah surau di minangkabau sudah
dikenal sebelum datangnya Islam.Surau dalam system minangkabau adalah kepunyaan
suku atau kaum sebagai pelengkap rumah gadang yang berpungsi sebagai tempat
bertemu, berkumpul, rapat dan tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil
baligh dan orang tua yang uzur.Fungsi surau ini semakin kuat karna struktur
masyarakat minangkabau yang menganut system matrilineal.Menurut ketentuan bahwa
laki-laki tak punya kamar dirumah orang tuanya, sehingga mereka diharuskan
untuk tidur disurau.Kenyataan ini menyebabkan surau menjadi tempat penting pendewasaan
generasi Minangkabau, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun keterampilan
lainnya.
Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan
islam, hanya saja fungsi keagamaannya semakin penting yang diperkenalkan
pertama kali syekh Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan ajaran Islam
khususnya tarekat (suluk). Sebagai
lembaga pendidikan tradisional, surau menggunakan system pendidikan
halaqoh.Materi pendidikan yang diajarkan pada awalnya masih di seputar belajar
huruf hijaiyah dan membaca Al-quran.Di samping ilmu-ilmu keislaman
lainnya.Seperti keislaman, akhlak dan ibadah, pada umumnya pendidikan ini
dilaksanakan pada malam hari.[11]
c.
Meunasah,
rangkang dan dayah.
Secara etimologi meunasah berasal
dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah.Bagi masyarakat Aceh
meunasah tidak hanya semata-mata tempat belajar, bagi mereka meunasah memiliki
multifungsi. Meunasah di samping tempat belajar, juga berfungsi tempa ibadah,
tempat pertemuan, musyawarah, pusat informasi, tempat tidur, dan tempat
menginap bagi musyafir, tempat perayaan kenduri masal dalam kampung, seperti
maulid nabi SAW, nuzulul Qur’an, dan Isra’ mi’raj dan juga sebagai tempat
pejabat-pejabat gampong memutuskan dan memecahkan masalah-masalah social
kemasyarakatan.
Di tinjau dari segi pendidikan,
meunasah adalah lembaga pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamakan
dengan tingkatan sekolah dasar.Di meunasah para murid di ajar menulis, membaca
huruf Arab, ilmu agama, dan akhlaq.
Adapun rangkang adalah tempat
tinggal murid, yang dibangun di sekitar masjid. Menurut Qanun Meukuta Alam,
dalam tiap-tiap kampung harus ada satu meunasah. Masjid berfungsi sebagai
tempat berbagai kegiatan umat, termasuk didalamnya kegiatan pendidikan.Karena
murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu di bangun tempat tinggal mereka
disekitar masjid, tempat tinggal murid disekitar inilah yang disebut dengan
rangkang. Pendidikan di rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, disini
telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab, tingkat pendidikan ini jika
dibandingkan dengan sekolah saat sekarang adalah SLTP.
Dayah berasal dari bahasa arab
Zawiyah. Kata Zawiyah pada mulanya merujuk kepda sudut dari satu bangunan, dan
sering dikaitkan dengan masjid. Disudut masjid itu terdapat proses pendidikan
antara si pendidik dengan si terdidik. lembaga pendidikan yang mengajarkan mata
pelajaran agama yang bersumber dari bahasa arab, misalnya fiqih, bahasa arab,
tauhid tasawuf dan lan sebagainya. tingkat pendidikan ini setara dengan
SLTA.
Pada Abad ke-18, surau dan dayah sudah
mapan eksistensinya. Melalui lembaga-lembaga tersebut islam telah mengakar kuat
di Nusantara.
d. Madrasah
Kebangkitan
madrasah menandai munculnya lembaga pendidikan formal islam. Madrasah merupakan
hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan khan sebagai tempat
tinggal mahasiswa.[12] Yang
kemudian menjadi fenomena baru dalam lembaga pendidikan islam. Madrasah menjadi
urutan ketiga dari satu garis perkembangan pendidikan: masjid, kemasjid-khan,
kemudian ke madrasah. Menurut Makdisi, masjid-khan yang kemudian
tumbuh menjadi atau menjadi model pembangunan madrasah adalah masjid-khan
dimana fiqh menjadi bidang study utama madrasah. Azyumardi Azra menyatakan
bahwa sepanjang sejarah islam, madrasah dijadikan tempat mengajarkan al-‘ulum
al-islamiyah atau tepatnya al-‘ulum al-diniyah ilmu-ilmu agama, dengan
penekanan khusus pada bidang fiqh, tafsir, dan hadits. Sementara itu, ilmu-ilmu non agama atau keduniawian (profan),
khususnya ilmu-ilmu alam dan eksata yang merupakan akar perkembangan sains dan
teknologi sejak awal perkembangan madrasah sudah berada posisi marginal.
E.
Sistem Dan Isi Pendidikan Islam Di Indonesia
Pada
awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan
secara informal. Sistem pendidikan islam informal ini, terutama yang berjalan
dalam lingkungan keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan
sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran
agama sejak kecil dalam keluarganya.Mereka dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
dengan didahului membaca basmallah.Mereka dilatih membaca Al Quran, melakukan
shalat dengan berjamaah, berpuasa dibulan ramadhan, dan lain-lain.
Usaha pendidikan agama dimasyarakat, yang
kelak dikenal dengan pendidikan non formal,ternyata mampu menyediakan kondisi
yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi
motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang
lebih baik dan lebih sempurna.
F.
Pendidikan
Islam Masa Depan
Prospek pendidikan Islam pada masa
mendatang, harus pula dikaji dan diteropong melalui lensa realitas pendidikan
islam di Indonesia yang ada pada hari ini. Melihat kendala yang dihadapi oleh
pendidikan nasional, minimal telah terpantul sinar yang juga menggambarkan
tentang kondisi pendidikan Islam di Indonesia pada masa kini. Adapun kendala
tersebut berupa:
a.
Kurikulum
yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk pelajaran
umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam.
b.
Kurang
berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran professional,
kurang inofatif, kurang berperan dalam pengembangan pendidikan, kurang
terpantau.
c.
Minimnya
persamaan hak dengan pendidikan umum
d.
Minimnya
peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas.
Beberapa strategi yang perlu
dicanangkan untuk memprediksi pendidikan Islam masa depan adalah sebagai
berikut.
1. Strategi sosial politik
Menekankan diperlukannya merinci
butir-butir pokok formalisasi ajaran Islam di lembaga-lembaga negara melalui
upaya legal formalitas yang terus menerus oleh gerakan Islam terutama melalui
sebuah partai secara eklusif khusus bagi umat Islam termasuk kontrol terhadap
aparatur pemerintah.Umat Islam sendiri harus mendidik dengan moralitas Islam
yang benar dan menjalankan kehidupan islami baik secara individu maupun
masyarakat.
2. Strategi Kultural
Dirancang untuk kematangan
kepribadian kaum muslimin dengan memperluas cakrawala pemikiran, cakupan
komitmen dan kesadaran mereka tentang kompleksnya lingkungan manusia.
3. Strategi Sosio cultural
Diperlukan upaya untuk mengembangkan
kerangka kemasyarakatan yang menggunakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan islam pada waktu pertama kali
masuknya islam ke indonesia yaitu tatkala para saudagar islam yang berdagang di
Indonesia dengan membawa agamanya yaitu islam kemudian di tularkan kepada
penduduk pribumi atau warga indonesia, dengan proses islamisasi melewati
berbagai jalur pengislman yang terbagi dalam Jalur Perdagangan, Jalur
perkawinan, Jalur tasawuf, Jalur pendidikan, Jalur kesenian dan Jalur politik
Kemudian setelah itu pendidikan di
indonesia mengalami pembentukan dan perkembangan melalui beberapa faktor pendukung seperti Nggon ngaji dan
pesantren, Majlis taklimMeunasah, rangkang dan dayah dan Madrasah.
Dalam Islam, tujuan pendidikan yang
dikembangkannya adalah mendidik personal dan masyarakat untuk
mengimplementasikan akhlaq yang mulia, oleh karenanya pendidikan budi pekerti
dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya
dari proses pendidikan Islam tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Yatim
badri.2007.Sejarah peradaban Islam. (Jakarta:
PT Raja Grafindo persada).
Dra.Zuhairini
dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam.( Jakarta:
PT. Bumi aksara. Jakarta 133220)
H. Bauder dan I.J. Brugmans (eds.) 1987, politik dan etis dan revolusi
kemerdekaan (Jakarta: yayasan Obor Indonesia,).
Hasbullah.1999, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah dan pertumbuhan Islam: (Jakarta: PT.
Grafindo Persada).
Husni Rahim, Arah Baru
Pendidikan Islam di Indonesia. 2001, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu,),
M.C Ricklefs. 1990,
sejarah islam moderen. Terj. Dharmono hardjowidjono ( yogyakarta : gadjah mana
university press,)
Mahmud Yunus,
Prof Dr. H.1992.sejarah pendidikan islam indonesia.(Jakarta:
mutiara sumber widya).
Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Totosusanto (Ed). 1984, Sejarah
Nasional Indonesia II. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984).
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam.
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group).
Uka Tjandrasasmita (Ed). 1984, Sejarah
Nasional Indonesia Iii, (Jakarta: Pn Balai Pustaka,).
[1]M.C Ricklefs, Sejarah Islam Moderen. Terj. Dharmono
hardjowidjono ( yogyakarta : gadjah mana university press, 1990) hlm.3
[2]Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Totosusanto (Ed). Sejarah
Nasional Indonesia II. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 2.
[3]Uka Tjandrasasmita (Ed), Sejarah Nasional Indonesia Iii, (Jakarta:
Pn Balai Pustaka, 1984), Hlm.122
[4]. Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarahdan Perkembangan.ed.1.cet.3.(Jakarta:Raja
Grafindo Persada 1999),hlm.20
[5] Uka Tjandrasasmita (ed). Sejarah Nasional Indonesia Iii.(Jakarta:
Pn Balai Pustaka, 1984), hlm.188-195
[6]Munir, dan Nor
Huda [ed.], Reranstruri dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam (yokyakarta:
Global Pustaka Utama Dan Corpus, 2005) Hlm ,47-70,
[7]I.J.Brugmas,’’Politik Pengajaran’’,dalam
H.Bouder Dan I.J.Brukmas[eds,], “politik pengajaran”, dalam H. Bauder
dan I.J. Brugmans (eds.), politik dan etis dan revolusi kemerdekaan (Jakarta:
yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 176.
[10]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam:
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), 286.
[12]Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam: Kajian
Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan (Bandung: Mizan, 1994), hlm.45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar