Rabu, 08 Juni 2016

INTERAKSI EDUKATIF DI SEKOLAH

INTERAKSI EDUKATIF DI SEKOLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pembimbing : Bpk. Joni Putra,M.Pd.I
           

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

M. MAHFUDZ NASIR         :           1511010297
MAIMANAH                         :           1511010300
FITRIYANI                           :           1511010270



Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCXieOjejW9b7XnouQI9dLn1k_20XTJSXgO3q4K6dfC2GCnfUHU5k71DWUC15X3yy1sAIZ8Ql8GrJX29kA9xK3M05fX07ljz9mUXuiyuOAEAcuprg-wOD5qp-PA__jOuSPSiB6_9trFnX/s1600/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
 










                                                     
                              

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik,serta hidayahnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi Edukatif di Sekolah”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Sosiologi Pendidikan“.
Demikian pengantar yang dapat penyusun sampaikan, dimana penyusun pun sadar bahwasanya penyusun hanyalah seorang manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalam milik Allah SWT. Sehingga dalam penulisan dan penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif  dan senantiasa penulis terima dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penyusun hanya bisa berharap  bahwa dibalik tidak kesempurnaan penyusunan makalah ini dapat di temukan sesuatu yang bisa memberikan  manfaat dan hikmah  bagi penyusun, pembaca dan bagi seluruh mahasiswa mahasiswi  Institute Agama Islam Negeri Raden Itan Lampung.
Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Mujibassailiin.



Bandar lampung, 14 April 2016

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................       i
DAFTAR ISI................................................................................................      ii

BAB  I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................      1
B.  Rumusan Masalah.......................................................................      1
C.  Tujuan..........................................................................................      1

BAB  II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Edukatif ...................................................      
B.     Definisi Kelompok (Group) ......................................................      
C.     Interaksi Edukatif Anak Didik .................................................    

BAB  III PENUTUP
                 Kesimpulan....................................................................................       
           
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manusia merupakan mahluk Zhon Politicon, sehingga hidup manusia akan selalu berhubungan satu dengan yang lainya dalam berbagai bentuk situasi dan komunikasi. Diantara berbagai jenis situasi itu terdapat satu jenis situasi khusus yakni situasi edukatif, yakni interaksi yang berlangsung dalam tujuan pendidikan. Dalam interaksi edukatif memunculkan istilah guru,disatu pihak, dan anak didik, dipihak lain. Keduanya berbeda dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial bagi siswa sebagai anggota masyarakat termasuk segala sesuatu yang menyangkup gejala yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan siswa di sekolah akan nampak dari partisipasi siswa dalam kegiatan sekolah. Sosialisasi disekolah disertai pula dengan adanya hubungan interpersonal yang baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan pembimbing, dan siswa dengan personil.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian dari interaksi edukatif ?
2.      Bagaimana definisi dari kelompok ?
3.      Bagaimana interaksi edukatif anak didik ?

C.    Tujuan penulisan
1.         Mengetahui pengertian interaksi Edukatif.
2.         Memahami definisi kelompok.
3.         Memahami interaksi edukatif anak didik.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Interaksi Edukatif
Interkasi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Istilah interaksi pada umumnya adalah suatu hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu yang lain yang terjadi pada lingkungan masyarakat atau selain lingkungan masyarakat. Mereka dengan bersama-sama memiliki kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran disekolah untuk menghasilkan sumberdaya manusia (anak didik) yang berkualitas dan handal  sesuai perkembangan zaman.
Interaksi edukatif menurut Shuyadi dan Abu Achmadi adalah “suatu hubungan  antara pendidik (Guru) dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan pendidikan”.[1] Sedangkan menurut Sudirman A.M pengertian interaksi edukatif dalam pengajaran adalah “proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan, yakni  untuk mengantarkan anak didik ketingkat kedewasaanya”.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian interaksi edukatif antara guru dan murid adalah suatu proses hubungan timbal balik yang sifatnya komunikatif, dilakukan dengan sengaja, direncanakan, serta memiliki tujuan tertentu. Dengan demikian dalam interaksi edukatif ada dua unsur utama yang harus hadir dalam situasi yang disengaja, yaitu antara Guru dan Siswa.
B.       Definisi Kelompok (Group)
Secara sosiologis, istilah kelompok (Group) mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Interaksi anak didik disekolah, baik berupa interaksi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok disekolah, yang diharapkan akan mengarah pada interaksi edukatif.
     Beberapa definisi kelompok menurut para ahli diantaranya:
Menurut Joseph S. Roucek mengungkapkan bahwa “suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan”.
Mayor polak mengatakan bahwa “kelompok sosial adalah suatu group, yaitu sejumlah orang yang ada hubungan antara satu dengan yang lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah setruktur”.
Wila Huki menuturkan bahwa “kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi”.[2]
            Jadi, dapat diungkapkan bahwa kelompok menurut perspektif sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal balik dimana mereka merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kelompok sosial dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung pada sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada ahli yang memandang dari proses terbentuknya, ada yang memandang dari tinjauan kekuatan ikatan emosional yang terbentuk. Ada juga yang menjadi kelompok sosial menjadi kelompok kekerabatan, kelompok primer dan kelompok sekunder, gemeinschaft dan gessellshaft, kelompok formal dan non formal, dan  membership group dan  reference group.[3]
C.      Interaksi Edukatif  Anak Didik
Dalam prespektif pedagogig, anak didik memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. kebutuhan anak didik atas pendidikan disebut homo educandum.
Anak didik memiliki sejumlah karakter:
a.       Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
b.      Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaanya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
c.       Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu.[4]
Dalam melaksanakan interaksi edukatif dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu memahami karakteristik anak didik. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berawal dari munculnya  pemahaman pendidik terhadap karakteristik peserta didik. Perbedaaan karakteristik anak didik perlu diketahui oleh pendidik, baik dari segi fisik maupun psikis dalam perkembangan dan pertumbuhanya. Setidaknya ada tiga aspek tentang karakteristik anak didik:
1.    Perbedaan Biologis
Dimana anak didik memiliki jasmani yang tidak sama kendatipun dari keturunan yang sama.
2.    Perbedaan Intelektual
Perbedaan intelektual, yang merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan karena ikut menentukan keberhasilan pembelajaran. Seseorang dikatakan intelegent apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah.
3.    Perbedaan Psikologis
Dimana setiap anak didik berbeda secara lahir dan batin. Di sekolah juga adanya perbedaan psikologis anak didik tidak dapat dihindari, terutama bertalian dengan minat, bakat, dan motivasi anak didik terhadap pelajaran.
Untuk memahami anak didik, seorang pendidik harus melakukan pendekatan secara individual. Dengan memperhatikan kebutuhan anak didik, seorang pendidik dapat melakukan bimbingan dengan baik dan tepat guna memberi motivasi anak dalam belajar. sukses tidaknya dalam proses pendidikan dan pembelajaran edukatif disekolah, salah satunya, sangat ditentukan pendidik. Di ungkapkan bahwa pendidik adalah manusia biasa karenanya dapat bermacam ragam cara dan kreativitasnya dalam melaksanakan tugas dan mencerdaskan generasi masa depan.[5] Dan sekolah sebagai sistem sosial yang elemen-elemenya saling keterkaitan dan fungsional, ketika salah satu elemen kurang berfungsi dengan baik, katakanlah elemen pendidik, maka proses pendidikan di sekolah itu mengalami kepincangan dan kualitas pembelajaran pun sulit tercipta dengan optimal.
Perlu dijelaskan  selanjutnya bahwa salah satu aspek yang sering terlupakan sekolah adalah memupuk interaksi sosial-edukasi dikalangan murid-murid/anak didik. Biasanya sekolah terlalu terfokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Murid-murid disekolah sering menunjukan perbedaan asal kesukuan, Agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan itu mungkin timbul golongan-golongan minoritas dikalangan murid-murid yang tersembunyi maupun yang nyata. Dan dapat di katagorikan sebagai:
1.      Setatus sosial orang tua murid.
2.      Hobi/minat/kegemaran.
3.      Intelektualitas
4.      Jenjang kelas.
5.      Agama.
6.      Asal daerah.
Bertalian dengan interaksi antar kelompok disekolah dapat dijelaskan bahwa sebagai sebuah komunitas sosial sekolah juga tidak akan luput dari masalah dan interaksi antar kelompok. masalah tersebut antara lain adalah kesenjangan kelompok. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan pendidik atau sekolah untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam interaksi antar kelompok diantaranya:
1.      pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi dan sebagainya.
2.      Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok  itu sangat berpengaruh terhadap kelompok lain.
3.      Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa.
4.      Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan interaksi sosial atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan.
5.      Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama.
6.      Menggunakan kegiatan ekstra-kurikuler.
Tugas dan peranan seorang pendidik sesungguhnya begitu komplek yang tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di kelas, dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik juga berfungsi sebagai administrator, evaluator, konselor, fasilitator, motivator, komunikator, dan lain sebagainya. Dikatakan pula bahwa sanya peranan seorang pendidik berarti totalitas tingkah laku yang harus dilakukanya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik (guru). Pendidik memiliki peran yang komprehensif, baik disekolah, keluarga dan masyarakat.
Interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komprehensif. Melaksanakan tugas sebagai pendidik haruslah difahami  sebagai tugas mencerdaskan anak didik, jadi  memerlukan keteladanan baik didalam maupun luar sekolah.
Menjadi seorang pendidik yang efektif dalam proses pembelajaran yang mengedepankan interaksi edukatif, diperlukan cara-cara membangun berdasarkan kegiatan edukatif fundamental dalam rutinitas proses pembelajaran.dalam upaya mendorong proses pembelajaran edukatif dengan optimal, ada sejumlah prinsip interaksi edukatif yang perlu diketahui pendidik yaitu:[6]
1.      Prinsip motivasi, dimana pendidik perlu memahami tingkat motivasi anak didik berbeda satu sama lainya.
2.      Prinsip berawal dari presepsi yang dimiliki. pendidik diharapkan menyadari atas anak didik yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda.
3.      Prinsip mengarah pada focus tertentu, bahwa pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk dan pola tertentu dengan terfocus diharapkan akan mampu menghubungkan bagian-bagian terpisah dalam kegiatan pembelajaran.
4.      Prinsip keterpaduan, dimana salah satu kontribusi pendidik dalam pembelajaran adalah menghubungkan suatu pokok bahasan dengan bahasan yang lain mata pelajaran yang berbeda.
5.      Prinsip pemecahan masalah.
6.      Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan.
7.      Prinsip belajar sambil bekerja.
8.      Prinsip hubungan sosial, dimana anak didik dilatih untuk terbiasa bekerja sama dengan anak-anak kelas lain dalam kelas.
9.      Prinsip perbedaan individual,dimana anak didik memiliki perbedaan satu sama lain, baik biologis, intelektual, dan psikologis.
                                              
Prinsip-prinsip edukatif dalam pembelajaran diatas, akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Sudah barang tentu, prinsip-prinsip ini hanya dapat dilakukan oleh pendidik yang senantiasa aktif, kreatif, dan memiliki motivasi serta mencintai profesinya sebagai pendidik. Seorang pendidik profesional dipastikan dapat memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip interaksi edukatif dengan optimal.

Sebagai pembimbing dalam belajar, pendidik diharapkan dapat mengenal dan memahami anak didik baik individu maupun kelompok.[7] Jadi, interaksi edukatif pun hanya dapat tercipta apabila seorang pendidik tidak hanya memiliki kompetensi profesional dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik juga perlu memahami dimensi sosiopsikologi anak didik di mana akan mempengaruhi sukses tidaknya anak didik dalam pembelajaran. Permasalahan intrinsik dan ekstrinsik anak didik memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan ikhlas dari para pendidik, agar anak didik memiliki semangat atau motivasi unggulan dalam belajar meraih proses pencapaian cita-cita yang didambakan.[8]













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Interkasi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Intilah interaksi pada umumnya adalah suatu hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu yang lain yang terjadi pada lingkungan masyarakat atau selain lingkungan masyarakat
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa pengertian interaksi edukatif antara guru dan murid adalah suatu proses hubungan timbal balik yang sifatnya komunikatif, dilakukan dengan sengaja, direncanakan, serta memiliki tujuan tertentu.
Istilah kelompok (Group) mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Interaksi anak didik disekolah, baik berupa interaksi antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok disekolah, diharapkan akan mengarah pada interaksi edukatif.
Dalam prespektif pedagogig, anak didik memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. kebutuhan anak didik atas pendidikan disebut homo educandum. Dalam melaksanakan interaksi edukatif dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu memahami karakteristik anak didik. baik dari segi fisik maupun psikis dalam perkembangan dan pertumbuhanya. Permasalahan intrinsik dan ekstrinsik anak didik memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan ikhlas dari para pendidik, agar anak didik memiliki semangat atau motivasi unggulan dalam belajar meraih proses pencapaian cita-cita yang didambakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi,2003,”Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.
Abdullah Idi,2014, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rajawali Pers.
Abu Ahmdi dan Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar,Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad Rizali, dkk,2009, Dari Konvensional Menuju Guru Profesional,Jakarta:Grasindo.
Syaiful Bahri Djamara, 2005, Guru Dan Anak Didik, Dalam Interaksi Edukatif :Suatu Pendekatan Teoretis Psikologi, Jakarta:PT Rineka Cipta.





[1] Syaiful Bahri Djamara, Guru Dan Anak Didik, Dalam Interaksi Edukatif :Suatu Pendekatan Teoretis Psikologi, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2005),hlm.11.
[2] Abdullah Idi,”Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2010,hlm.7-9
[3]Abul Syani, Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi  Aksara, 2007), hlm.105.
[4] Syaiful Bahri Djamara ,Guru dan Anak Didik,Dalam Interaksi Edukatif: op.,cit.,hlm.51-52.
[5] Ahmad Rizali,dkk,Dari Konvensional Menuju Guru Profesional,(Jakarta:Grasindo,2009 ),hlm.59.
[6] Syaiful Bahri Djamara ,Guru dan Anak Didik,Dalam Interaksi Edukatif.op.cit.,hlm.62-69.
[7] Abu Ahmdi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar,Edisi Revisi,Penerbit Rineka Cipta,Jakarta,2004,hlm.104-107.
[8]Abdullah Idi,Sosiologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali Pers,2014,hlm.117-138 

1 komentar:

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...