INTERAKSI EDUKATIF DI SEKOLAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi
Pendidikan
Dosen Pembimbing : Bpk. Joni Putra,M.Pd.I
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
1
M.
MAHFUDZ NASIR : 1511010297
MAIMANAH : 1511010300
FITRIYANI : 1511010270
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat, taufik,serta hidayahnya,sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Interaksi Edukatif di Sekolah”. Makalah
ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Sosiologi
Pendidikan“.
Demikian pengantar yang dapat penyusun
sampaikan, dimana penyusun pun sadar bahwasanya penyusun hanyalah seorang
manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanyalam milik Allah SWT. Sehingga dalam penulisan dan penyusunan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dan senantiasa penulis terima dalam upaya
evaluasi diri.
Akhirnya penyusun hanya bisa
berharap bahwa dibalik tidak
kesempurnaan penyusunan makalah ini dapat di temukan sesuatu yang bisa
memberikan manfaat dan hikmah bagi penyusun, pembaca dan bagi seluruh
mahasiswa mahasiswi Institute Agama
Islam Negeri Raden Itan Lampung.
Bandar lampung, 14 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR
ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Interaksi Edukatif ...................................................
B. Definisi
Kelompok (Group) ......................................................
C. Interaksi
Edukatif Anak Didik .................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Manusia merupakan mahluk Zhon Politicon, sehingga hidup manusia akan selalu berhubungan satu
dengan yang lainya dalam berbagai bentuk situasi dan komunikasi. Diantara
berbagai jenis situasi itu terdapat satu jenis situasi khusus yakni situasi
edukatif, yakni interaksi yang berlangsung dalam tujuan pendidikan. Dalam
interaksi edukatif memunculkan istilah guru,disatu pihak, dan anak didik,
dipihak lain. Keduanya berbeda dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas,
dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial bagi
siswa sebagai anggota masyarakat termasuk segala sesuatu yang menyangkup gejala
yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sosialisasi yang
dilakukan siswa di sekolah akan nampak dari partisipasi siswa dalam kegiatan
sekolah. Sosialisasi disekolah disertai pula dengan adanya hubungan
interpersonal yang baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa
dengan pembimbing, dan siswa dengan personil.
B.
Rumusan
masalah
1. Apa
pengertian dari interaksi edukatif ?
2. Bagaimana
definisi dari kelompok ?
3. Bagaimana
interaksi edukatif anak didik ?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Mengetahui pengertian
interaksi Edukatif.
2.
Memahami definisi
kelompok.
3.
Memahami interaksi
edukatif anak didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Interaksi Edukatif
Interkasi edukatif dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi,
maupun anak didik. Istilah interaksi pada umumnya adalah suatu hubungan timbal
balik antara individu satu dengan individu yang lain yang terjadi pada
lingkungan masyarakat atau selain lingkungan masyarakat. Mereka dengan
bersama-sama memiliki kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan
pembelajaran disekolah untuk menghasilkan sumberdaya manusia (anak didik) yang
berkualitas dan handal sesuai
perkembangan zaman.
Interaksi edukatif menurut Shuyadi dan Abu Achmadi
adalah “suatu hubungan antara pendidik
(Guru) dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan pendidikan”.[1]
Sedangkan menurut Sudirman A.M pengertian interaksi edukatif dalam pengajaran
adalah “proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan, yakni untuk mengantarkan anak didik ketingkat
kedewasaanya”.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengertian interaksi edukatif antara guru dan murid adalah suatu proses
hubungan timbal balik yang sifatnya komunikatif, dilakukan dengan sengaja,
direncanakan, serta memiliki tujuan tertentu. Dengan demikian dalam interaksi
edukatif ada dua unsur utama yang harus hadir dalam situasi yang disengaja,
yaitu antara Guru dan Siswa.
B.
Definisi
Kelompok (Group)
Secara sosiologis, istilah kelompok
(Group) mempunyai pengertian sebagai
suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi
satu sama lain, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
Interaksi anak didik disekolah, baik berupa interaksi antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok disekolah, yang
diharapkan akan mengarah pada interaksi edukatif.
Beberapa
definisi kelompok menurut para ahli diantaranya:
Menurut Joseph S. Roucek mengungkapkan bahwa “suatu
kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa
pola interaksi yang dapat dipahami para anggotanya atau orang lain secara
keseluruhan”.
Mayor polak mengatakan bahwa “kelompok sosial adalah
suatu group, yaitu sejumlah orang yang ada hubungan antara satu dengan yang
lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah setruktur”.
Wila Huki menuturkan bahwa “kelompok merupakan suatu
unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau
saling berkomunikasi”.[2]
Jadi,
dapat diungkapkan bahwa kelompok menurut perspektif sosiologi adalah sekumpulan
dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal balik
dimana mereka merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kelompok sosial
dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung pada
sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada ahli yang memandang dari proses
terbentuknya, ada yang memandang dari tinjauan kekuatan ikatan emosional yang
terbentuk. Ada juga yang menjadi kelompok sosial menjadi kelompok kekerabatan,
kelompok primer dan kelompok sekunder, gemeinschaft
dan gessellshaft, kelompok formal
dan non formal, dan membership group dan reference group.[3]
C.
Interaksi
Edukatif Anak Didik
Dalam prespektif pedagogig, anak didik
memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. kebutuhan anak didik atas pendidikan disebut homo educandum.
Anak didik memiliki sejumlah karakter:
a. Belum
memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
b. Masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaanya, sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik.
c. Memiliki
sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu.[4]
Dalam melaksanakan interaksi
edukatif dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu memahami karakteristik anak
didik. Kegagalan menciptakan interaksi edukatif yang kondusif, berawal dari
munculnya pemahaman pendidik terhadap
karakteristik peserta didik. Perbedaaan karakteristik anak didik perlu
diketahui oleh pendidik, baik dari segi fisik maupun psikis dalam perkembangan
dan pertumbuhanya. Setidaknya ada tiga aspek tentang karakteristik anak didik:
1. Perbedaan
Biologis
Dimana anak didik memiliki jasmani yang
tidak sama kendatipun dari keturunan yang sama.
2. Perbedaan
Intelektual
Perbedaan intelektual, yang merupakan
salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan karena ikut menentukan
keberhasilan pembelajaran. Seseorang dikatakan intelegent apabila yang bersangkutan
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan cepat tanpa mengalami suatu
masalah.
3. Perbedaan
Psikologis
Dimana setiap anak didik berbeda secara
lahir dan batin. Di sekolah juga adanya perbedaan psikologis anak didik tidak
dapat dihindari, terutama bertalian dengan minat, bakat, dan motivasi anak
didik terhadap pelajaran.
Untuk memahami anak didik, seorang
pendidik harus melakukan pendekatan secara individual. Dengan memperhatikan
kebutuhan anak didik, seorang pendidik dapat melakukan bimbingan dengan baik
dan tepat guna memberi motivasi anak dalam belajar. sukses tidaknya dalam
proses pendidikan dan pembelajaran edukatif disekolah, salah satunya, sangat
ditentukan pendidik. Di ungkapkan bahwa pendidik adalah manusia biasa karenanya
dapat bermacam ragam cara dan kreativitasnya dalam melaksanakan tugas dan
mencerdaskan generasi masa depan.[5]
Dan sekolah sebagai sistem sosial yang elemen-elemenya saling keterkaitan dan
fungsional, ketika salah satu elemen kurang berfungsi dengan baik, katakanlah
elemen pendidik, maka proses pendidikan di sekolah itu mengalami kepincangan
dan kualitas pembelajaran pun sulit tercipta dengan optimal.
Perlu dijelaskan selanjutnya bahwa salah satu aspek yang
sering terlupakan sekolah adalah memupuk interaksi sosial-edukasi dikalangan
murid-murid/anak didik. Biasanya sekolah terlalu terfokus pada peningkatan
kualitas akademik saja. Murid-murid disekolah sering menunjukan perbedaan asal
kesukuan, Agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan itu
mungkin timbul golongan-golongan minoritas dikalangan murid-murid yang
tersembunyi maupun yang nyata. Dan dapat di katagorikan sebagai:
1. Setatus
sosial orang tua murid.
2. Hobi/minat/kegemaran.
3. Intelektualitas
4. Jenjang
kelas.
5. Agama.
6. Asal
daerah.
Bertalian dengan interaksi antar
kelompok disekolah dapat dijelaskan bahwa sebagai sebuah komunitas sosial
sekolah juga tidak akan luput dari masalah dan interaksi antar kelompok. masalah
tersebut antara lain adalah kesenjangan kelompok. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan pendidik atau sekolah untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul
dalam interaksi antar kelompok diantaranya:
1. pemberian
informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi dan sebagainya.
2. Guru
dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok
itu sangat berpengaruh terhadap kelompok lain.
3. Menanamkan
nilai-nilai toleransi antar siswa.
4. Membuka
kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan interaksi sosial atau pergaulan
antara murid-murid dari berbagai golongan.
5. Menggunakan
teknik bermain peranan atau sosiodrama.
6. Menggunakan
kegiatan ekstra-kurikuler.
Tugas
dan peranan seorang pendidik sesungguhnya begitu komplek yang tidak terbatas
pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di kelas, dalam proses
pembelajaran. Seorang pendidik juga berfungsi sebagai administrator, evaluator,
konselor, fasilitator, motivator, komunikator, dan lain sebagainya. Dikatakan
pula bahwa sanya peranan seorang pendidik berarti totalitas tingkah laku yang
harus dilakukanya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik (guru). Pendidik
memiliki peran yang komprehensif, baik disekolah, keluarga dan masyarakat.
Interaksi edukatif antara pendidik
dan peserta didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya
kesadaran pendidik bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik anak didik itu
sifatnya komprehensif. Melaksanakan tugas sebagai pendidik haruslah
difahami sebagai tugas mencerdaskan anak
didik, jadi memerlukan keteladanan baik didalam
maupun luar sekolah.
Menjadi seorang pendidik yang
efektif dalam proses pembelajaran yang mengedepankan interaksi edukatif,
diperlukan cara-cara membangun berdasarkan kegiatan edukatif fundamental dalam
rutinitas proses pembelajaran.dalam upaya mendorong proses pembelajaran
edukatif dengan optimal, ada sejumlah prinsip interaksi edukatif yang perlu
diketahui pendidik yaitu:[6]
1. Prinsip
motivasi, dimana pendidik perlu memahami tingkat motivasi anak didik berbeda
satu sama lainya.
2. Prinsip
berawal dari presepsi yang dimiliki. pendidik diharapkan menyadari atas anak
didik yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda.
3. Prinsip
mengarah pada focus tertentu, bahwa pelajaran yang direncanakan dalam suatu
bentuk dan pola tertentu dengan terfocus diharapkan akan mampu menghubungkan
bagian-bagian terpisah dalam kegiatan pembelajaran.
4. Prinsip
keterpaduan, dimana salah satu kontribusi pendidik dalam pembelajaran adalah
menghubungkan suatu pokok bahasan dengan bahasan yang lain mata pelajaran yang
berbeda.
5. Prinsip
pemecahan masalah.
6. Prinsip
mencari, menemukan, dan mengembangkan.
7. Prinsip
belajar sambil bekerja.
8. Prinsip
hubungan sosial, dimana anak didik dilatih untuk terbiasa bekerja sama dengan
anak-anak kelas lain dalam kelas.
9. Prinsip
perbedaan individual,dimana anak didik memiliki perbedaan satu sama lain, baik
biologis, intelektual, dan psikologis.
Prinsip-prinsip
edukatif dalam pembelajaran diatas, akan membantu pendidik dalam melaksanakan
tugasnya. Sudah barang tentu, prinsip-prinsip ini hanya dapat dilakukan oleh
pendidik yang senantiasa aktif, kreatif, dan memiliki motivasi serta mencintai
profesinya sebagai pendidik. Seorang pendidik profesional dipastikan dapat
memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip interaksi edukatif dengan optimal.
Sebagai pembimbing
dalam belajar, pendidik diharapkan dapat mengenal dan memahami anak didik baik
individu maupun kelompok.[7]
Jadi, interaksi edukatif pun hanya dapat tercipta apabila seorang pendidik tidak
hanya memiliki kompetensi profesional dalam proses pembelajaran. Seorang
pendidik juga perlu memahami dimensi sosiopsikologi anak didik di mana akan
mempengaruhi sukses tidaknya anak didik dalam pembelajaran. Permasalahan
intrinsik dan ekstrinsik anak didik memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan
ikhlas dari para pendidik, agar anak didik memiliki semangat atau motivasi
unggulan dalam belajar meraih proses pencapaian cita-cita yang didambakan.[8]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Interkasi edukatif dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi,
maupun anak didik. Intilah interaksi pada umumnya adalah suatu hubungan timbal
balik antara individu satu dengan individu yang lain yang terjadi pada
lingkungan masyarakat atau selain lingkungan masyarakat
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa
pengertian interaksi edukatif antara guru dan murid adalah suatu proses
hubungan timbal balik yang sifatnya komunikatif, dilakukan dengan sengaja, direncanakan,
serta memiliki tujuan tertentu.
Istilah kelompok (Group) mempunyai pengertian sebagai
suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi
satu sama lain, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Interaksi
anak didik disekolah, baik berupa interaksi antar individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok disekolah, diharapkan akan mengarah pada
interaksi edukatif.
Dalam prespektif pedagogig, anak
didik memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. kebutuhan anak didik atas pendidikan
disebut homo educandum. Dalam
melaksanakan interaksi edukatif dalam pembelajaran, seorang pendidik perlu
memahami karakteristik anak didik. baik dari segi fisik maupun psikis dalam
perkembangan dan pertumbuhanya. Permasalahan intrinsik dan ekstrinsik anak
didik memerlukan perhatian dan motivasi tulus dan ikhlas dari para pendidik,
agar anak didik memiliki semangat atau motivasi unggulan dalam belajar meraih
proses pencapaian cita-cita yang didambakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi,2003,”Bahan Kuliah
Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah
Palembang.
Abdullah
Idi,2014, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rajawali
Pers.
Abu Ahmdi dan Widodo Supriyono, 2004, Psikologi Belajar,Edisi Revisi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad Rizali, dkk,2009, Dari Konvensional Menuju Guru Profesional,Jakarta:Grasindo.
Syaiful Bahri Djamara, 2005, Guru Dan Anak Didik, Dalam Interaksi
Edukatif :Suatu Pendekatan Teoretis Psikologi, Jakarta:PT Rineka Cipta.
[1] Syaiful
Bahri Djamara, Guru Dan Anak Didik, Dalam
Interaksi Edukatif :Suatu Pendekatan Teoretis Psikologi, (Jakarta:PT Rineka
Cipta,2005),hlm.11.
[2] Abdullah
Idi,”Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” Program Pascasarjana IAIN
Raden Fatah Palembang, 2010,hlm.7-9
[7] Abu
Ahmdi dan Widodo Supriyono,Psikologi
Belajar,Edisi Revisi,Penerbit Rineka Cipta,Jakarta,2004,hlm.104-107.
[8]Abdullah Idi,Sosiologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali
Pers,2014,hlm.117-138
izin save
BalasHapus