Rabu, 08 Juni 2016

Hakikat Dan Sumber Pengetahuan

Hakikat Dan Sumber Pengetahuan

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pembimbing : Bpk. Idham Juanda, M.Pd.I
           

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11


Fitriyani                  : 1511010270
Gusnaldi Prayuda   : 1511010273
M. Mahfudz Nasir  : 1511010297


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCXieOjejW9b7XnouQI9dLn1k_20XTJSXgO3q4K6dfC2GCnfUHU5k71DWUC15X3yy1sAIZ8Ql8GrJX29kA9xK3M05fX07ljz9mUXuiyuOAEAcuprg-wOD5qp-PA__jOuSPSiB6_9trFnX/s1600/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
 










                                                     

                              
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2015/2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah "Filsafat Ilmu". Shalawat teriring salam kami haturkan  kepada Nabi  Allah, Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman, semoga kita semua mendapat safa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin ya robbal ‘alamin.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing. dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulis makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami sadari  bahwa masih  banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



                                                                 Bandar Lampung, 16 Mei 2016




      Tim Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB  I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.       Tujuan................................................................................................. 1

BAB  II  PEMBAHASAN
A.    Definisi Hakikat Pengetahuan ...........................................................  2
B.    Sumber Pengetahuan .........................................................................  3
C.    Metode Memperoleh Pengetahuan..................................................... 6

BAB  III  PENUTUP
            Kesimpulan......................................................................................... 9
           
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu diperoleh, dan apakah pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran kebenaran dari pengetahuan yang didapat tersebut.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Hakikat Pengetahuan ?
2.      Apa Sumber Pengetahuan?
3.      Bagaimana Metode Memperoleh Pengetahuan ?

C. Tujuan Penulisan
1.      Agar mengetahui definisi dari pengetahuan.
2.      Agar mengetahui sumber pengetahuan.
3.      Agar  memahami metode memperoleh pengetahuan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Definisi Hakikat Pengetahuan
Secara umum, hakikat diartikan sebagai sesuatu yang inti, yang sebanarnya, yang sejati, yang tak dapat berubah pengertiannya tentang sesuatu. Hakikat berasal dari bahasa Arab haqîqah (jamaknya haqâiq) dengan kata dasar haq, yaitu nyata, pasti, tetap yang diterjemahkan sebagai kebenaran, kenyataan, keaslian.[1]
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam artian sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti.
Pengetahuan memiliki makna yang lebih radikal. Namun, pengetahuan bukan hanya penyatuan antara subjek dan objek, akan tetapi pengetahuan merupakan integrasi keduanya yang bersifat mendalam. Artinya, pengetahuan adalah segenap pengetahuan kita tentang suatu objek tertentu termasuk kedalamnya adalah ilmu dan dari pengetahuan itu kita bisa membuat sebuah keputusan[2]
Orang sering menyebutkan secara bersama-sama antara ilmu dan pengetahuan sebagai satu istilah. Ada yang berpendapat bahwa keduanya memiliki kaitan proses. Namun, ada juga yang memisahkan dan membedakan pengertian antara keduanya. Mohammad Adib menyebutkan beberapa diantaranya yaitu, seorang filsuf John F. Kemeny. Ia menggunakan ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah
Bagi Charles Singer ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Sedangkan Harold H. Titus mengatakan bahwa banyak orang telah mempergunakan ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya.
Dalam filsafat Islam, hakikat pengetahuan memiliki pengertian tersendiri. Pada umumnya para filsuf muslim hampir mirip dengan Fenomenalisme Kant. Mereka tidak mendewakan akal ataupun inderawi, tetapi mengakui potensi dan eksistensi keduanya untuk mengetahui hakekat tentang segala sesuatu termasuk pengetahuan. Para filsuf muslim masa skolastik mulai dari Al-Kindi hingga Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal dengan Averoes memiliki pandangan bahwa pengetahuan pada hakekatnya datang dari Allah. Adapun semua potensi yang ada pada manusia baik akal, indera, hati, maupun jiwa sama-sama penting dan berperan serta secara bersama-sama untuk menemukan hakekat tentang segala sesuatu. Pengetahuan yang diperoleh oleh akal, indera, hati, dan jiwa kebenarannya bersifat subyektif dan sementara, oleh karenanya harus disesuaikan dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.
Al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan petunjuk yang diberikan oleh Allah untuk membimbing manusia menuju hakekat dan menemukan kebenaran. Karena keduanya berasal dari Allah maka kebenaran dan pengetahuan yang tercakup di dalam keduanya merupakan pengetahuan dan kebenaran yang berlaku sepanjang masa. Untuk itulah pengetahuan yang diperoleh oleh potensi manusia tersebut harus disesuaikan dengan petunjuk wahyu yang berupa al-Qur’an dan as-Sunnah.[3]

B. Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang bagaimana proses terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat diperoleh melalui cara pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui proses pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan  berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
1.      Empirisme
Menurut aliran ini, manusia meperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan manusia itu dapat diperoleh melalui pengalaman yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang terjadi dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui pancaindra manusia.
Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Berdasarkan teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.

2.      Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Fungsi pancaindera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Spinoza memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusunn sistem rasionalisme atas dasar ilmu ukur. Dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Contohnya “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua titik”.
Kant menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah dihasilkan oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam. Ia mencontohkan bagaimana kita dapat menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa penelitian yang mendalam dan eksperimen.

3.      Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran.
Bagi Nietzchen intuisi merupakan “intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan “pengalaman puncak” (peak experience). Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan makrifat dalam islam adalah kalau intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam makifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan .[4]

4.      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Pengetahuan dengan jalan ini merupkan kekhususan para Nabi. Hal inilah yang membedakan mereka dengan manusia-manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena memang pengetahuan itu ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental. Kepercayaan ini yang merupakan titik tolak dalam agama lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.[5]
C. Metode Memperoleh Pengetahuan
Selanjutnya, manusia dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan telah telah menggunakan berbagai cara. Sesuai dengan perkembangan sejarah manusia, metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan mengalami gradasi yang cukup unik antara lain sebagai berikut :
1.      manusia memperoleh pengetahuan dengan cara melihat, mendengar, membau dan memegang. Setelah manusia mengindera sesuatu yang dilanjutkan dengan mengetahui sesuatu tersebut, maka muncul metode empirisme, karena empirisme itu sendiri berarti pengalaman.
2.      dengan menggunakan akal yang mampu memahami sesuatu yang lebih tinggi. Istilah-istilah abstrak, konsep atau bahkan ide-ide sederhana sekalipun.
3.      dengan menggunakan hati nurani dan alat-alat indera dalam memperoleh pengetahuan.
Jadi secara singkat dapat dikatakan, metode yang digunakan manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah dari pengalaman indera lahir (empirisme), akal (rasionalisme) dan rasa atau indera batin (intuisionisme).

Bila melihat hakikat, sumber dan metode memperoleh pengetahuan di atas secara umum, maka pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, pengetahuan mistik merupakan pengetahuan yang pertama muncul dalam sejarah manusia. Pengetahuan ini memiliki obyek yang abstrak supralogis atau metarasional, menggunakan paradigma mistis. Metode yang digunakan untuk mencapai pengetahuan ini adalah dengan latihan atau meditasi.
Kebenarannya ditentukan oleh rasa atau dzauq.Kedua pengetahuan filsafat memiliki obyek abstrak tapi logis. Paradigma yang digunakan adalah paradigna logis, dengan menggunakan metode rasio atau pemikiran. Adapun kebenarannya diukur dengan apakah pengetahuan tesebut logis atau tidak logis. Dan ketiga, pengetahuan sains memiliki obyek empiris, mengunakan paradigma positif, metode yang harus digunakan adalah metode ilmiah, dan kebenarannya diukur apakah pengetahuan tersebut logis dan terbukti secara empiris atau tidak.
Pengetahuan yang dianggap benar atau valid dapat dilihat dari tingkat koherensi, korespondensi dan pragmatisnya. Dengan kata lain untuk menguji dan mengukur sebuah ide filosofis itu benar atau tidak terdapat teori yang dikembangkan para filosofis. Pertama, teori koherensi. Kebenaran pada dasarnya adalah terwujudnya konsistensi dan keharmonisan dari seluruh pernyataan. Pernyataan pada berbagai tingkatannya harus konsisten dan harmonis. Kedua, teori korespondensi. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta itu sendiri. dan ketiga, teori pragmatis. Kebenaran terletak pada beberapa fungsionalnya kebenaran tersebut dalam kehidupan praktis, artinya hal tersebut mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Kriteria pragmatis ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menetukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu.




























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan  berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
1. Empirisme
2. Rasionalisme
3. Intuisi
4. Wahyu
metode yang digunakan manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah dari pengalaman indera lahir (empirisme), akal (rasionalisme) dan rasa atau indera batin (intuisionisme).








DAFTAR PUSTAKA
A.Heris Hermawan,filsafat pendidikan islam,(Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia,2009).
George F. Kneller, Introduction to The Philosophy of Education, (New York: John Wiley, 1969).
Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003).
Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, (Jakarta : Bina Aksara, 1982).




[1] Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 283
[2] Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, (Jakarta : Bina Aksara, 1982), hal. 14

[3] Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), hal. 7
[4] George F. Kneller, Introduction to The Philosophy of Education, (New York: John Wiley, 1969), hal. 10
[5] A.Heris Hermawan,filsafat pendidikan islam,(Jakarta:Departemen Agama Republik Indonesia,2009),Hlmn.42-43.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...