Sabtu, 25 Maret 2017

GERAKAN SALAFIYYAH



GERAKAN SALAFIYAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :Tauhid/ Ilmu Kalam II
Dosen Pembimbing : Bpk.H.Hendra Abidin,Lc,M.Pd.I
           

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10 PAI  F III

M. MAHFUDZ NASIR         :          1511010297
ISMAIL                                   :           1511010284
M.ADITYA RIZALDI           :           1521010296




Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCXieOjejW9b7XnouQI9dLn1k_20XTJSXgO3q4K6dfC2GCnfUHU5k71DWUC15X3yy1sAIZ8Ql8GrJX29kA9xK3M05fX07ljz9mUXuiyuOAEAcuprg-wOD5qp-PA__jOuSPSiB6_9trFnX/s1600/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
 









                                                     

                                                     

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gerakan Salafiyah” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya, Dan juga kami berterimakasih pada Bpk.H.Hendra Abidin,Lc,M.Pd.I Selaku Dosen Mata Kuliah Tauhid/Ilmu Kalam II yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dan telah membimbing pembelajaran kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Gerakan Salafiyah, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.






Bandar Lampung,09 Desember 2016



Penyusun


DAFTAR ISI
                                                                                                                      Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    LatarBelakang.................................................................................. 1
B.     RumusanMasalah............................................................................. 1
C.     Tujuan.............................................................................................. 1

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.    Pengertian Gerakan Salafiyah.......................................................... 2
B.     Sejarah lahir dan Perkembangan Gerakan Salafiyah ....................... 3
C.     Pokok-Pokok Ajaran Salafiyah ....................................................... 5


BAB III
PENUTUP.................................................................................................. 8
-          Kesimpulan ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam sudah kita ketahui bahwa sanya banyak sekali perbedaan-perbedahann pemahaman yang terjadi antara satu golongan dengan golongan yang lainya. Baik perbedaan pemahaman dalam kefahaman, pemahaman dalam kepemimpinan maupun yang lainya. Al-Qur’an mengakui keniscyaan perbedaan antara lain dengan firman-Nya:
وَ لَوْ شاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً واحِدَةً وَ لكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ في‏ ما آتاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْراتِ إِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَميعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِما كُنْتُمْ فيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”(QS. Al-Ma’idah [5]: 48).
Di dalam Islam perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, Namun setiap perbedaan pendapat dan permaslahan umat yang muncul dapat langsung diselesaikan melalui beliau. Selanjutnya ketika Rasulullah telah tiada, maka beberapa perbedaan dikalangan umat Islam ketika itu mulai bermunculan. Mulai dari masalah pemerintahan sampai akhirnya berujung pada aliran keagamaan dalam islam. Dan salah satu aliran yang ada dalam islam adalah salafi yaitu suatu aliran yang mengajarkan syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi Muhammad SAW dan para sahabat, setelah mereka dan orang-orang setelahnya.
B. Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari salafi ?
2.    Bagaimana sejarah lahir dan perkembanganya ?
3.    Apa saja pokok-pokok ajaranya ?
C. Tujuan
1.    Mengetahui pengertian dari gerakan salafiyah.
2.    Mengetahui tentang sejarah lahir dan perkembanganya.
3.    Mengetahui apa saja pokok-pokok ajaranya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerakan Salafiyah
Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad , Salaf  artinya ulama terdahulu. Salaf  terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’i, tabi’ tabi’in, para pemuka abad ke-3 dan para pengikutnya pada abad ke-4 H yang terdiri atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf  berarti pula ulama-ulama Shaleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam. Menurut As-Syahrastani, ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan Ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat) dan tidak mempunyai faham tasybih.[1] Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al-Islamiyyah mendefinisikan Salaf sebagai sahabat, tabi’in, dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah SWT yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.[2]
Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya Fatimah az-Zahra:
فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
Artinya: "Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah saya".
Pada zaman modern, kata Salaf memiliki dua definisi yang kadang-kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh akademisi dan sejarahwan, merujuk pada "aliran pemikiran yang muncul pada paruh kedua abad sembilan belas sebagai reaksi atas penyebaran ide-ide dari Eropa," dan "orang-orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang telah di bawa Rasulullah serta menjauhi berbagai ke bid'ah an, khurafat, syirik dalam agama Islam”.                                                 Berbeda dengan aliran mu’tazilah yang cenderung menggunakan metode pemikiran rasional, aliran salaf menggunakan metode tekstual yang mengharuskan tunduk dibawah naql dan membatasi wewenang akal pikiran dalam berbagai macam persoalan agama termasuk didalamnya akal manusia tidak memiliki hak dan kemampuan untuk menakwilkan dan menafsirkan al-Qur’an. Kalaupun akal diharuskan memiliki wewenang, hal ini tidak lain adalah hanya untuk membenarkan, menela’ah dan menjelaskan sehingga tidak terjadi ketidak cocokan antara riwayat yang ada dengan akal sehat.[3]
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa Salafiyah adalah orang-orang yang mengikuti manhaj sahabat, tabi’in dan tabi’i tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka. Pencakupan generasi Salaf sampai tabi’ tabi’in tak lepas dari ketersambungan manhaj mereka dengam manhaj para tabi’in.

B. Sejarah lahir dan Perkembangan Gerakan Salafiyah
Ketika islam telah berkembang dan berhasil menerobos daerah-daerah luas diluar semenanjung Arabia, yang pedunduknya telah memiliki tingkat kebudayaan dan kemajuan tertentu, pola pemahaman terhadap islam merasa perlu, terhadap metode dan cara baru dalam memahami dan menjelaskan islam untuk meyakinkan penduduk negeri taklukkan yang telah terbiasa menggunakan argument dan bukti rasional dalam perdebatan disekitar persoalan Agama. Dengan demikian, sebagian tokoh islam terdorong mempelajari ilmu mantiq serta filsafat, oleh mereka, ajaran Agama tidak melulu dipahami berdasarkan argument nash yang lazim dipahami secara harfiah, seperti yang dilakukan oleh para sahabat dan tabi`in, melainkan tidak jarang harus diahami secara rasional berdasarkan takwil dan qiyas.
Dalam perkembangan selanjutnya, kecendrungan mempelajari dan menggunakan mantik serta filsafat ini tidak lagi sekedar kebutuhan untuk mengimbangi orang-orang diluar islam, melainkan sudah menjadi kegiatan tetap bagi kalangan tertentu, khususnya oleh para tokoh mu`tazilah. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab yang  melatar belakangi lahirnya gerakan salafiyah, karna seperti yang kita tahu bahwa Aliran Salaf mencela metode pemikiran Rasional, seperti yang dikembangkan oleh para pilosof dan para mutakallimin terutama Muktazilah, termasuk pula Asy`ariyah dan al maturidiyah. Aliran salaf datang dengan seruan agar kembali kepada metode pemahaman akidah yang digunakan oleh generasi salaf, para sahabat dan tabi`in. mereka menyandarkan masalah akidah hanya kepada al-quran dan al-sunnah, dan melarang para ulama memikirkan lebih jauh dalil-dalil al-quran.[4]
Paham atau golongan salaf pertama kali muncul pada abad ke-4/IV H yang kesemuanya adalah pengikut mazhab Hambali (Hanabilah). Mereka beranggapan bahwa Imam Ahmad ibn Hambal (169-241 H) telah menghidupkan dan mempertahankan pendirian ulama-ulama salaf. Karena pemikiran keagamaan ulama-ulama salaf menjadi motivasi gerakannya, maka golongan Hanabilah itu menamakan gerakannya sebagai paham atau aliran salaf.
Terjadinya persaingan dan konflik antara golongan hanabilah dengan golongan Asy’ariyah secara fisik, bahkan orang-orang Hanabilah memandang mereka sebagai kafir. Masing-masing melakukan klaim kebenaran bahwa dirinyalah yang lebih berhak mewarisi ulama salaf.[5] Pada abad VII Hijriyah, gerakan salaf memperoleh kekuatan baru, dengan munculnya Ibnu Taimiyah (661-728 H) di syiria dan gerakan Wahabi (1115-1201 H) di Saudi Arabia.
Selain itu, pada masa khalifah al-Ma’mun dari bani Abbas yang dimana aliran mu’tazilah mencapai puncaknya, pada masa itu aliran mu’tazilah mengkampanyekan pemikiran “Al-Qur’an adalah makhluk”, semua rakyat dan ulama’ dipaksa untuk mengikuti pemikiran tersebut melalui Inquisition kepada mereka. Namun ada salah satu ulama’ yang menentang dengan tegas pendapat tersebut, dia adalah imam Ahmad ibn Hanbal. Akibat penentangan tersebut, beliau kerap kali disiksa dan masuk penjara. Pemikiran-pemikiran imam Ahmad Ibn Hanbal kemudian melahirkan sebuah aliran teologi baru yaitu aliran Salaf.
Aliran salaf merupakan aliran yang muncul sebagai kelanjutan dari pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal yang kemudian pemikirannya diformulasikan secara lebih lengkap oleh imam Ahmad Ibn Taimiyah. Sebagaimana aliran Asy’ariyah, aliran Salaf memberikan reaksi yang keras terhadap pemikiran-pemikiran ekstrim Mu’tazilah.[6] Dalam perkembangannya, sejarah mencatat bawa salafiyah tumbuh dan berkembang menjadi aliran (madzhab) atau paham golongan, sebagaimana golongan khawarij, mu’tazilah, maturidiyah dan kelompok-kelompok lainnya.
Diantara tokoh-tokoh aliran salafiyah adalah:
1.      Imam Ahmad Bin Hanbal (164H/780M - 241H/855M).
2.      Ibnu Taimiyah (10 r.awal 661H – 20 Dz.qa’dah 729)
3.      Muhammad Ibn Abdul Wahab (W. 1792 M)

C.  Pokok-Pokok Ajaran Salafi
Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini.
Salafi sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan aqidah dan fiqh. Salafi sangat berpatokan kepada as salafus sholeh. Bukan hanya masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafi sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman as salafus sholeh seperti memakai sorban atau gamis bagi laki-laki atau memakai celana-celana menggantung, dan juga memakai cadar bagi kebanyakan wanita salafi.
Ibnu Taimiyyah dalam bukunya  Minhaj as-sunnah  dengan tegas menolak metode rasional Mu’tazilah yang menetapkan adanya harmoni (kesesuaian) naql (transferensi) dengan ‘aql (nalar). Apabila terjadi kontroversi antara keduanya, maka yang digunakan adalah nalar dengan melakukan interpretasi alegoris (ta’wil) terhadap naql (transferensi). Ibnu Taimiyyah menawarkan metode alternatif, yaitu harmonitas rasional yang jelas dengan periwayatan yang valid. Maka, jika terjadi kontraversi diantara nalar dan naql, ia menyerahkan (penyelesaian) pada naql karena yang mengetahuinya hanyalah Allah semata.
Epistemologi Ibnu Taimiyyah tidak mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi, termasuk menolak interpretasi (ta’wil), sebab baginya dasar ilmu pengetahuan manusia terutama ialah fitrahnya. Dengan fitrah-nya itu manusia mengetahui tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan salah.
Fitrah yang merupakan asal kejadian manusia, yang menjadi satu dengan dirinya melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain, diperkuat oleh agama yang disebut sebagai fitrah yang diturunkan, maka metodologi kaum kalam baginya adalah sesat. Ada pula tiga pokok ajaran salafi di antaranya adalah:

1. Wahdaniyat al-Dzat wa al- Shifat 
Keesaan dzat dan sifat Allah, Salaf menegaskan bahwa sifat-sifat, nama-nama, perbuatan dan keadaan Allah adalah seperti yang tersebut dalam Al-qur’an dan hadis dimaknai sebagaimana arti lahiriyahnya (tapi menghindari penafsiran secara indrawi) dengan batasan, keadaan-Nya berbeda dengan makhluk-Nya (mukhalafatu lil khawaditsi ), karena Tuhan itu suci dari sesuatu  yang ada pada makhluknya. Dengan arti lain, bahwa pemahaman yang digunakan ialah diantara “ta’thil” (peniadaan sifat) sama sekali dan “tasybih” (penyerupaan Tuhan dengan makhluknya).

2. Wahdaniyat Al-Halqi         
Keesaan penciptaan oleh Allah, bermakna bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah itu merupakan karya Allah mutlak, tanpa sekutu dalam penciptaannya, tiada yang merecoki kekuasaannya, segala sesuatu datang dari pada-Nya, dan segala sesuatu kembali kepada-Nya. Dari kajian ini, maka timbul persoalan baru apakah perbuatan manusia itu “jabbar” (determinasi) yang merupakan produk naql dan menolak atas praksis akal, atau “ikhtiari” (liberasi) yang merupakan produk akal dan interpretasi alegotis-metaforis terhadap naql (wahyu). Mereka mengambil sikap dan pemahaman antara paham mu’tazilah dan asy’ariyah .
Golongan salaf, demikian Ibnu Taimiyah, beriman kepada qadar baik dan buruk dan kemutlakan kekuasaan serta kehendak Allah. Allah menciptakan hamba dan segala kekuataan atau daya yang ada padanya. Sementara seorang hamba melakukan apa yang dikhendaki dengan daya dan kekhendakanya.
Mengenai perbuatan Allah, ibnu taimiyah cendrung kepada endapat golongan al-Maturidiyah yang mengatakan bahwa Allah menciptakan makhluk, menyuruh, dan melarang segala sesuatu karena suatu hikmah[7]

Aliran
Daya
Perbuatan
Kehendak
Al-Mu`tazilah
Manusia
Manusia
Manusia
Al- Asy`ariyah
Tuhan (efektif) manusia tidak efektif
Tuhan (sebenarnya)
Manusia (kiasan)
 Tuhan
Salafiyyah
Tuhan
Tuhan
Manusia

3. Wahdaniyat al-Ma`bud.s
 Keesaan ibadah kepada Allah, dimaksudkan adalah bahwa ibadah tidak dihadapkan serta dilaksanakan kecuali kepada Allah, dengan secara ketat mengikuti ketentuan syara’ dan tidak didorong oleh tujuan lain, kecuali untuk dan sebagai sikap taat serta pernyataan syukur kepada-Nya. Kajian ibadah tidak dimasudkan untuk melihat sah-batalnya dan tidak pula dalam tinjauan rukun dan syaratnya, tetapi yang dikehendaki adalah ada tidaknya jiwa tauhid didalam ibadah (ritual) itu.
Konsekwensi dimasukkan ibadah dalam kajian teologi kaum salaf melahirkan tindakan praksis yaitu: pelarangan mengangkat manusia  (hidup atau mati) sebagai perantara (wasilah) kepada Tuhan atau dengan kata lain dilarang bertawassul, larangan memberi nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya, dan larangan ziarah kubur orang saleh dan para nabi.


BAB III
PENUTUP

-Kesimpulan
Dalam perkembangan teologi Islam Salafiyyah termasuk aliran yang mempunyai andil besar dalam sejarah kalamiyyah juga sebagai tonggak pemisah antara ulama ra’y (menempatkan rasio lebih dulu, walaupun tidak meninggalkan nas secara menyeluruh) dengan ulama tekstual yang mereka sebut Salafiyyah ini, walaupun pada saat yang sama juga ada aliran yang lebih moderat (As’ariyyah).
Berdirinya salafiyyah karena para pengikut mazhab Hanabilah atau pengikut imam Ahmad ibn Hanbal mengembalikan pemikiran salaf dalam hal ini sebagai respon terhadap perkembangan aliran rasional yang digawangi Muktazilah. Perkembangan selanjutnya, aliran salaf lebih berkiblat pada pemikiran Ahmad  Taqiyuddin   bin Abbas (Ibn Taimiyyah) 661 H-728 H dan seterusnya di Arab Saudi oleh Muhammad ibn Abdul Wahab (1115-1201 H).
Paham ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini.
Di antara pokok-pokok pemikiran salafiyah adalah:
1. Wahdaniyat al-Dzat wa al- Shifat      
2. Wahdaniyat Al-Halqi  
3. Wahdaniyat al-Ma`bud.s



[1] Mustopa,  Mazhab - Mazhab Ilmu Kalam, ( Cirebon: Nurjati IAIN _ publisher, 2011). Hlm. 53
[2] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2001),hlmn. 109
[3] Adeng Muhtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003),hlmn.101

[4] Abu Zahrah,Muhammad,Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah,hlm.112.
[5] Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995. Hlm. 138

[6] Ahmad baso, “NU Studies”, (Jakarta: PENERBIT ERLANGGA, 2006) hal. 176-180.
[7]  Nasir, Sahilun A. Pemikiran Kalam ( Theologi Islam), Jakarta, Rajawali pers,2010. Hlmn.206


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, 2001, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Adeng Muhtar Ghazali, 2003, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Ahmad baso, 2006 , “NU Studies”, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA .
Hanafi, 1995,  Pengantar Theology Islam, Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Mustopa,  2011,Mazhab - Mazhab Ilmu Kalam,  Cirebon: Nurjati IAIN _ publisher.
Nasir, Sahilun A. 2010,  Pemikiran Kalam ( Theologi Islam), Jakarta, Rajawali pers.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...