GERAKAN
SALAFIYAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :Tauhid/ Ilmu Kalam
II
Dosen
Pembimbing : Bpk.H.Hendra Abidin,Lc,M.Pd.I
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 10 PAI F III
M. MAHFUDZ
NASIR : 1511010297
ISMAIL : 1511010284
M.ADITYA RIZALDI : 1521010296
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Gerakan Salafiyah”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya, Dan juga kami berterimakasih
pada Bpk.H.Hendra Abidin,Lc,M.Pd.I Selaku Dosen Mata Kuliah Tauhid/Ilmu Kalam
II yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dan telah membimbing
pembelajaran kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Gerakan
Salafiyah, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
LatarBelakang.................................................................................. 1
B.
RumusanMasalah............................................................................. 1
C.
Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.
Pengertian Gerakan Salafiyah.......................................................... 2
B.
Sejarah lahir dan Perkembangan Gerakan Salafiyah ....................... 3
C.
Pokok-Pokok Ajaran Salafiyah ....................................................... 5
BAB III
PENUTUP.................................................................................................. 8
-
Kesimpulan ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam sudah kita ketahui bahwa sanya banyak sekali
perbedaan-perbedahann pemahaman yang terjadi antara satu golongan dengan
golongan yang lainya. Baik perbedaan
pemahaman dalam kefahaman, pemahaman dalam kepemimpinan maupun yang lainya.
Al-Qur’an mengakui keniscyaan perbedaan antara lain dengan firman-Nya:
وَ لَوْ شاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً واحِدَةً وَ لكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ
في ما آتاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْراتِ إِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَميعاً فَيُنَبِّئُكُمْ
بِما كُنْتُمْ فيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja).
Tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”(QS. Al-Ma’idah [5]: 48).
Di dalam Islam perbedaan telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, Namun setiap
perbedaan pendapat dan permaslahan umat yang muncul dapat langsung diselesaikan
melalui beliau. Selanjutnya ketika Rasulullah telah tiada, maka beberapa
perbedaan dikalangan umat Islam ketika itu mulai bermunculan. Mulai dari
masalah pemerintahan sampai akhirnya berujung pada aliran keagamaan dalam
islam. Dan salah satu aliran yang ada dalam islam adalah salafi yaitu suatu
aliran yang mengajarkan syariat secara murni tanpa adanya tambahan dan
pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi Muhammad SAW dan para
sahabat, setelah mereka dan orang-orang setelahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari salafi ?
2. Bagaimana sejarah lahir dan perkembanganya ?
3. Apa saja pokok-pokok ajaranya ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian dari gerakan salafiyah.
2.
Mengetahui
tentang sejarah lahir dan perkembanganya.
3.
Mengetahui
apa saja pokok-pokok ajaranya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerakan Salafiyah
Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad , Salaf artinya
ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan untuk merujuk
generasi sahabat, tabi’i, tabi’ tabi’in, para pemuka abad ke-3 dan para pengikutnya pada abad ke-4 H yang terdiri
atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula
ulama-ulama Shaleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam. Menurut
As-Syahrastani, ulama Salaf adalah yang tidak menggunakan
Ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat) dan tidak
mempunyai faham tasybih.[1]
Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al-Islamiyyah mendefinisikan Salaf sebagai
sahabat, tabi’in, dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik
penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah SWT yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan
mengagungkan-Nya.[2]
Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya Fatimah az-Zahra:
فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
Artinya: "Karena sesungguhnya sebaik-baik
salaf bagi kamu adalah saya".
Pada zaman modern, kata Salaf memiliki dua
definisi yang kadang-kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh akademisi dan
sejarahwan, merujuk pada "aliran pemikiran yang muncul pada paruh kedua
abad sembilan belas sebagai reaksi atas penyebaran ide-ide dari Eropa,"
dan "orang-orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang telah di bawa
Rasulullah serta menjauhi berbagai ke bid'ah an, khurafat, syirik dalam agama
Islam”. Berbeda dengan aliran mu’tazilah
yang cenderung menggunakan metode pemikiran rasional, aliran salaf menggunakan
metode tekstual yang mengharuskan tunduk dibawah naql dan membatasi
wewenang akal pikiran dalam berbagai macam persoalan agama termasuk didalamnya
akal manusia tidak memiliki hak dan kemampuan untuk menakwilkan dan menafsirkan
al-Qur’an. Kalaupun akal diharuskan memiliki wewenang, hal ini tidak lain
adalah hanya untuk membenarkan, menela’ah dan menjelaskan sehingga tidak
terjadi ketidak cocokan antara riwayat yang ada dengan akal sehat.[3]
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa Salafiyah adalah
orang-orang yang mengikuti manhaj sahabat, tabi’in dan tabi’i tabi’in
dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka. Pencakupan generasi Salaf
sampai tabi’ tabi’in tak lepas dari ketersambungan manhaj mereka dengam manhaj
para tabi’in.
B. Sejarah lahir dan Perkembangan Gerakan Salafiyah
Ketika islam telah berkembang dan berhasil menerobos daerah-daerah luas
diluar semenanjung Arabia, yang pedunduknya telah memiliki tingkat kebudayaan
dan kemajuan tertentu, pola pemahaman terhadap islam merasa perlu, terhadap
metode dan cara baru dalam memahami dan menjelaskan islam untuk meyakinkan
penduduk negeri taklukkan yang telah terbiasa menggunakan argument dan bukti
rasional dalam perdebatan disekitar persoalan Agama. Dengan demikian, sebagian
tokoh islam terdorong mempelajari ilmu mantiq serta filsafat, oleh mereka,
ajaran Agama tidak melulu dipahami berdasarkan argument nash yang lazim
dipahami secara harfiah, seperti yang dilakukan oleh para sahabat dan tabi`in,
melainkan tidak jarang harus diahami secara rasional berdasarkan takwil dan
qiyas.
Dalam perkembangan selanjutnya, kecendrungan mempelajari dan menggunakan
mantik serta filsafat ini tidak lagi sekedar kebutuhan untuk mengimbangi
orang-orang diluar islam, melainkan sudah menjadi kegiatan tetap bagi kalangan
tertentu, khususnya oleh para tokoh mu`tazilah. Hal inilah yang menjadi salah
satu sebab yang melatar belakangi
lahirnya gerakan salafiyah, karna seperti yang kita tahu bahwa Aliran Salaf mencela
metode pemikiran Rasional, seperti yang dikembangkan oleh para pilosof dan para
mutakallimin terutama Muktazilah, termasuk pula Asy`ariyah dan al maturidiyah.
Aliran salaf datang dengan seruan agar kembali kepada metode pemahaman akidah
yang digunakan oleh generasi salaf, para sahabat dan tabi`in. mereka
menyandarkan masalah akidah hanya kepada al-quran dan al-sunnah, dan melarang
para ulama memikirkan lebih jauh dalil-dalil al-quran.[4]
Paham atau golongan
salaf pertama kali muncul pada abad ke-4/IV H yang kesemuanya adalah pengikut
mazhab Hambali (Hanabilah). Mereka beranggapan bahwa Imam Ahmad ibn Hambal
(169-241 H) telah menghidupkan dan mempertahankan pendirian ulama-ulama salaf.
Karena pemikiran keagamaan ulama-ulama salaf menjadi motivasi gerakannya, maka
golongan Hanabilah itu menamakan gerakannya sebagai paham atau aliran salaf.
Terjadinya persaingan
dan konflik antara golongan hanabilah dengan golongan Asy’ariyah secara fisik,
bahkan orang-orang Hanabilah memandang mereka sebagai kafir. Masing-masing
melakukan klaim kebenaran bahwa dirinyalah yang lebih berhak mewarisi ulama
salaf.[5] Pada
abad VII Hijriyah, gerakan salaf memperoleh kekuatan baru, dengan munculnya
Ibnu Taimiyah (661-728 H) di syiria dan gerakan Wahabi (1115-1201 H) di Saudi
Arabia.
Selain itu, pada masa
khalifah al-Ma’mun dari bani Abbas yang dimana aliran mu’tazilah mencapai
puncaknya, pada masa itu aliran mu’tazilah mengkampanyekan pemikiran “Al-Qur’an
adalah makhluk”, semua rakyat dan ulama’ dipaksa untuk mengikuti pemikiran tersebut
melalui Inquisition kepada mereka. Namun ada salah satu ulama’ yang
menentang dengan tegas pendapat tersebut, dia adalah imam Ahmad ibn Hanbal.
Akibat penentangan tersebut, beliau kerap kali disiksa dan masuk penjara.
Pemikiran-pemikiran imam Ahmad Ibn Hanbal kemudian melahirkan sebuah aliran
teologi baru yaitu aliran Salaf.
Aliran salaf merupakan aliran yang muncul sebagai kelanjutan dari pemikiran
Imam Ahmad ibn Hanbal yang kemudian pemikirannya diformulasikan secara lebih
lengkap oleh imam Ahmad Ibn Taimiyah. Sebagaimana aliran Asy’ariyah, aliran
Salaf memberikan reaksi yang keras terhadap pemikiran-pemikiran ekstrim
Mu’tazilah.[6]
Dalam perkembangannya, sejarah mencatat bawa salafiyah tumbuh dan berkembang
menjadi aliran (madzhab) atau paham golongan, sebagaimana golongan khawarij,
mu’tazilah, maturidiyah dan kelompok-kelompok lainnya.
Diantara tokoh-tokoh aliran salafiyah adalah:
1.
Imam Ahmad Bin Hanbal
(164H/780M - 241H/855M).
2. Ibnu Taimiyah (10 r.awal 661H – 20 Dz.qa’dah 729)
3.
Muhammad Ibn Abdul
Wahab (W. 1792 M)
C. Pokok-Pokok Ajaran Salafi
Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah sempurna
dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, oleh karena
itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena
material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi berusaha untuk
menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama Muhammad selama ini.
Salafi sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan aqidah dan fiqh.
Salafi sangat berpatokan kepada as salafus sholeh. Bukan hanya
masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafi
sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman as salafus sholeh
seperti memakai sorban atau gamis bagi laki-laki atau memakai celana-celana
menggantung, dan juga memakai cadar bagi kebanyakan wanita salafi.
Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Minhaj as-sunnah dengan
tegas menolak metode rasional Mu’tazilah yang menetapkan adanya harmoni
(kesesuaian) naql (transferensi) dengan ‘aql (nalar). Apabila
terjadi kontroversi antara keduanya, maka yang digunakan adalah nalar dengan
melakukan interpretasi alegoris (ta’wil) terhadap naql (transferensi).
Ibnu Taimiyyah menawarkan metode alternatif, yaitu harmonitas rasional yang
jelas dengan periwayatan yang valid. Maka, jika terjadi kontraversi diantara
nalar dan naql, ia menyerahkan (penyelesaian) pada naql karena
yang mengetahuinya hanyalah Allah semata.
Epistemologi Ibnu Taimiyyah tidak mengizinkan terlalu banyak
intelektualisasi, termasuk menolak interpretasi (ta’wil), sebab baginya
dasar ilmu pengetahuan manusia terutama ialah fitrahnya. Dengan fitrah-nya itu
manusia mengetahui tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan salah.
Fitrah yang merupakan asal kejadian manusia, yang menjadi satu dengan
dirinya melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain, diperkuat oleh
agama yang disebut sebagai fitrah yang diturunkan, maka metodologi kaum
kalam baginya adalah sesat. Ada pula tiga pokok ajaran salafi di antaranya
adalah:
1. Wahdaniyat al-Dzat wa al- Shifat
Keesaan dzat dan sifat Allah, Salaf menegaskan bahwa sifat-sifat,
nama-nama, perbuatan dan keadaan Allah adalah seperti yang tersebut dalam
Al-qur’an dan hadis dimaknai sebagaimana arti lahiriyahnya (tapi menghindari
penafsiran secara indrawi) dengan batasan, keadaan-Nya berbeda dengan
makhluk-Nya (mukhalafatu lil khawaditsi ), karena Tuhan itu suci dari
sesuatu yang ada pada makhluknya. Dengan arti lain, bahwa pemahaman yang
digunakan ialah diantara “ta’thil” (peniadaan sifat) sama sekali dan “tasybih”
(penyerupaan Tuhan dengan makhluknya).
2. Wahdaniyat Al-Halqi
Keesaan penciptaan oleh Allah, bermakna bahwa segala sesuatu yang
diciptakan Allah itu merupakan karya Allah mutlak, tanpa sekutu dalam
penciptaannya, tiada yang merecoki kekuasaannya, segala sesuatu datang dari
pada-Nya, dan segala sesuatu kembali kepada-Nya. Dari kajian ini, maka timbul
persoalan baru apakah perbuatan manusia itu “jabbar” (determinasi) yang
merupakan produk naql dan menolak atas praksis akal, atau “ikhtiari”
(liberasi) yang merupakan produk akal dan interpretasi alegotis-metaforis
terhadap naql (wahyu). Mereka mengambil sikap dan pemahaman antara paham
mu’tazilah dan asy’ariyah .
Golongan salaf, demikian Ibnu Taimiyah, beriman kepada qadar baik dan buruk
dan kemutlakan kekuasaan serta kehendak Allah. Allah menciptakan hamba dan
segala kekuataan atau daya yang ada padanya. Sementara seorang hamba melakukan
apa yang dikhendaki dengan daya dan kekhendakanya.
Mengenai perbuatan Allah, ibnu taimiyah cendrung kepada endapat golongan
al-Maturidiyah yang mengatakan bahwa Allah menciptakan makhluk, menyuruh, dan
melarang segala sesuatu karena suatu hikmah[7]
Aliran
|
Daya
|
Perbuatan
|
Kehendak
|
Al-Mu`tazilah
|
Manusia
|
Manusia
|
Manusia
|
Al- Asy`ariyah
|
Tuhan (efektif) manusia tidak efektif
|
Tuhan (sebenarnya)
Manusia (kiasan)
|
Tuhan
|
Salafiyyah
|
Tuhan
|
Tuhan
|
Manusia
|
3. Wahdaniyat al-Ma`bud.s
Keesaan ibadah kepada Allah,
dimaksudkan adalah bahwa ibadah tidak dihadapkan serta dilaksanakan kecuali
kepada Allah, dengan secara ketat mengikuti ketentuan syara’ dan tidak
didorong oleh tujuan lain, kecuali untuk dan sebagai sikap taat serta pernyataan
syukur kepada-Nya. Kajian ibadah tidak dimasudkan untuk melihat sah-batalnya
dan tidak pula dalam tinjauan rukun dan syaratnya, tetapi yang dikehendaki
adalah ada tidaknya jiwa tauhid didalam ibadah (ritual) itu.
Konsekwensi dimasukkan ibadah dalam kajian teologi kaum salaf melahirkan
tindakan praksis yaitu: pelarangan mengangkat manusia (hidup atau mati)
sebagai perantara (wasilah) kepada Tuhan atau dengan kata lain dilarang
bertawassul, larangan memberi nazar kepada kuburan atau penghuninya atau penjaganya,
dan larangan ziarah kubur orang saleh dan para nabi.
BAB III
PENUTUP
-Kesimpulan
Dalam perkembangan teologi Islam
Salafiyyah termasuk aliran yang mempunyai andil besar dalam sejarah kalamiyyah
juga sebagai tonggak pemisah antara ulama ra’y (menempatkan rasio lebih dulu,
walaupun tidak meninggalkan nas secara menyeluruh) dengan ulama tekstual yang
mereka sebut Salafiyyah ini, walaupun pada saat yang sama juga ada
aliran yang lebih moderat (As’ariyyah).
Berdirinya salafiyyah karena para pengikut mazhab
Hanabilah atau pengikut imam Ahmad ibn Hanbal mengembalikan pemikiran salaf
dalam hal ini sebagai respon terhadap perkembangan aliran rasional yang
digawangi Muktazilah. Perkembangan selanjutnya, aliran salaf lebih berkiblat
pada pemikiran Ahmad Taqiyuddin bin Abbas (Ibn Taimiyyah) 661
H-728 H dan seterusnya di Arab Saudi oleh Muhammad ibn Abdul Wahab (1115-1201
H).
Paham
ideologi Salafi berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang
lebih mirip agama Muhammad selama ini.
Di antara
pokok-pokok pemikiran salafiyah adalah:
1. Wahdaniyat al-Dzat wa al- Shifat
2. Wahdaniyat Al-Halqi
3. Wahdaniyat al-Ma`bud.s
[2] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS,
(Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2001),hlmn. 109
[3] Adeng Muhtar Ghazali, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern,
(Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2003),hlmn.101
[5]
Hanafi, Pengantar Theology Islam,
Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995. Hlm. 138
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, 2001, Ilmu Kalam untuk UIN,
STAIN, PTAIS, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Adeng Muhtar Ghazali, 2003, Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga Modern, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Ahmad baso, 2006 , “NU Studies”, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA .
Hanafi, 1995, Pengantar Theology Islam, Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.
Mustopa, 2011,Mazhab - Mazhab Ilmu Kalam, Cirebon: Nurjati IAIN _ publisher.
Nasir, Sahilun A. 2010, Pemikiran Kalam
( Theologi Islam), Jakarta, Rajawali pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar