MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Mata kuliah Ahlak Tasawuf
Dosen Pembimbing :
Drs.H.Mukti Sy, M.Ag
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
3
(KELAS
F)
INDAH APRILLA SARI : 1511010278
LATIFATUL FITRIA : 1511010293
M. MAHFUDZ NATSIR : 1511010297
PENDIDKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah – Nya kami dapat
menyusun makalah ini seperti waktu yang telah kami rencanakan. Serta shalawat
serta salam kami panjatkan kepada Nabi Agung junjungan kita, Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya kelak.
Makalah
yang berjudul sejarah pekembangan tasawuf ini sengaja kami susun sebagai tugas kelompok
sekaligus sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan dan Makalah ini
disusun agar pembaca dan penyusun dapat memperluas ilmu tentang sejarah pekembangan tasawuf yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Sebelumnya,
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini
Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada kita semua. Tentu saja makalah ini jauh dari
kata sempurna, baik dari segi
penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran
ataupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama dari Dosen
Pembimbing yang bersangkutan, demi kesempurnaan pembuatan makalah – makalah selanjutnya.
Bandar Lampung, 13 Oktober 2016
Penyusun
(kelompok 3)
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar
Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
A. Bab timbulnya tasawuf.......................................................................... 2
B. Sejarah
Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad............................... 3
C. Sejarah
Perkembangan Tasawuf islam................................................... 5
D. Perkembangan
Tasawuf di Indonesia.................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................... 12
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 12
B.
Saran.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tasawuf
merupakan salah satu program pendidikan yang menumpukan perhatian kepada
pembersihan jiwa manusia daripada seluruh penyakit-penyakitnya, yang dapat
menjauhkan manusia dari Allah SWT. dan membetulkan kelakuan dan perilaku yang
menyimpang dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah
SWT. hubungan sesama manusia dan dengan ego diri. yang selanjutnya dapat
menimbulkan akhlak mulia.
Karena
jiwa manusia pada tabiatnya merupakan tempat yang di dalamnya terhimpun
berbagai penyakit-penyakit, seperti sombong, 'ujub (bangga diri), angkuh,
egois, kikir, marah, riya', dorongan maksiat dan durhaka, hasrat memuaskan diri
dan membalas dendam, benci, dengki, menipu, tamak, dan loba.
Sehingga
untuk menghilangkan dan membersihkan semua penyait-penyakit manusia tersebut
dengan cara memahami dan mendalami Ilmu Tasawuf. Meskipun sebenarnya Tasawuf
adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para Sahabat
Radhiyallahu ‘anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama
(generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in). Istilah ini baru muncul
sesudah zaman tiga generasi ini. Abdul Hasan Al Fusyandi mengatakan, "Pada
zaman Rasulullah Saw, tasawuf ada realitasnya, tetapi tidak ada namanya. Dan
sekarang, ia hanyalah sekedar nama, tetapi tidak ada realitasnya."
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana timbulnya
tasawuf?
2.
Bagaimana sejarah
perkembangan tasawuf dari abad ke abad?
3.
Bagaimana sejarah
perkembangan tasawuf islam?
4.
Bagaimana perkembangan
tasawuf di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebab Timbulnya Tasawuf
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi
SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan
pribadi Nabi Muhammad SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia
berkhalwat di gua Hira terutama pada bulan Ramadhan. Disana Nabi banyak
berdzikir bertafakur dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan
diri Nabi di gua Hira ini merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat.
Sumber lain yang diacu oleh para sufi adalahkehidupan para sahabat Nabi yang
berkaitan dengan keteduhan iman, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti
luhur. Oleh sebab itu setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam
Islam tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang
menumbuhkan kehidupan sufi di abad – abad sesudahnya.
Setelah
periode sahabat berlalu, muncul pula periode tabiin. Yakni Pada masa kekuasaan
Bani Umayyah, kehidupan politik berubah total. Dengan sistem pemerintahan
monarki, khalifah-khalifah Bani Umayyah secara bebas berbuat kezaliman-kezaliman,
terutama terhadap kelompok Syiah, yakni kelompok lawan politiknya yang paling
gencar menentangnya. Puncak kekejaman mereka terlihat jelas pada peristiwa
terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib di Karbala. Kasus pembunuhan itu
ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat Islam ketika itu.
Kekejaman Bani Umayyah yang tak henti-hentinya itu membuat sekelompok penduduk
Kufah merasa menyesal karena mereka telah mengkhianati Husein dan memberikan
dukungan kepada pihak yang melawan Husein. Mereka menyebut kelompoknya itu
dengan Tawwabun (kaum Tawabin). Untuk membersihkan diri dari apa yang
telah dilakukan, mereka mengisi kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan
kaumTawabin itu dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang terbunuh di Kufah
pada tahun 68 H.
Disamping
gejolak politik yang berkepanjangan, perubahan kondisi sosialpun terjadi.halini
mempunyai pengaruh yang besar dalam pertumbuhan kehidupan beragama masyarakat
Islam. Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat,secara umum kaum muslimin
hidup dalam keadaan sederhana. Ketika Bani Umayyah memegang tampuk
kekuasaan,hidup mewah mulai meracuni masyarakat, terutama terjadi di kalangan
istana.
Dari
perubahan-perubahan kondisi sosial tersebut sebagian masyarakat mulai melihat
kembali pada kesederhanaan kehidupan Nabi SAW dan para sahabatnya. Mereka mulai
merenggangkan diri dari kehidupan mewah. Sejak saat itu kehidupan zuhud
menyebar luas dikalangan masyarakat. Para pelaku zuhud itu disebut zahid
(jamak : zuhhad) atau karena ketekunan mereka beribadah, maka disebut abid
(jamak : abidin atau ubbad) atau nasik (jamak : nussak)
Kalau ditilik dari segi historis tasawuf, menurut kalangan
peneliti yang menjadi faktor penyebab munculnya antara lain:
1. Karena
adanya “pious opposition” (oposisi yang bermuatan kesalehan) dari
sekelompok umat Islam terhadap praktek-praktek regementer pemerintahan Bani
Umayah di Damaskus
2.
Karena ada sekelompok (dalam hal ini para sahabat) yang
selalu ingin meniru seperti pekerti Rasulullah SAW, khususnya Khulafa
al-Rasyidin.
B. Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Abad ke Abad
Secara historis tasawuf telah mengalami perkembangan
melalui berbagai tahapan, sejak pertumbuhan hingga keadaaanya sekarang.
Tahapan pertama tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian
yang masih sederhana. Yaitu pada abad ke 1 dan 2 H. Sekelompok kaum muslimin
memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya hanya pada ibadah untuk
mengejar keuntungan akhirat. Mereka adalah antara lain Al Hasan Al Bashri
(w.110 H) dan Rabi’ah Al-‘Adawiyyah (w. 185 H).
Pada abad ke 3 kaum sufi mulai memperhatikan konsep –
konsep teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku hingga tasawuf
menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pemikiran – pemikiran yang lahir
selanjutnya terlibat dalam masalah – masalah epistemologis. Masalah ini
berkaitan lagsung dengan pembahasan mengenai hubngan manusia dengan Allah.
Sehingga lahir konsep – konsep fana’, terutama oleh Abu Yazid Al-Busthami (w.
261 H).
Dai sisi lain pada abad ke 3 dan 4 muncul tokoh – tokoh
tasawuf seperti Al-junaid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan
pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah. Pada
periode ini muncul pula jenis baru tasawuf yang di perkenalka Al –Husain ibn
Manshur Al-Hallaj.
Pada abad ke 5 H imam Al-Ghazali tampil menentang jenis –
jenis tasawuf yang dianggap tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam
sebuah upaya pengembalian tasawuf kepada status semula sebgai jalan hidup
zuhud, pendidikan jiwa dan pembentukan moral. Dia mengajukan kritik – kritik
tajam terhadap berbagai aliran filsafat, pemikiran pemikiran mu’tazilah dan
kepercayaan bathiniyah untuk menancapkan dasar – dasar yang kukuh bagi tasawuf
yang lebih moderat an sesuai dengan garis pemikiran teologis Ahl Al-Sunnahwa
Al-Jamaah. Dalam orientasi umum yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi
Al-Hallaj dan Al-Busthami. Tasawuf semacam ini disebut tasaawuf sunni.
Sejak tampilnya Al-ghazali tasawuf sunni mulai menyebar di
Dunia Islam. Bahkan muncul tokoh – tokoh sufi terkemuka seperti syaikh Ahmad
Al-Rifa’i (w. 570 H) dan Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani (w. 651 H)yang sangat
ter[pengaruh tasawuf Al-ghazali. Dan generasi berikutnya, diantaranya yang
paling menonjol adalah syaikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili (w. 650 H) dan muridnya
Abu Al-Abbas Al-Mursi (w. 686 H) serta Ibn ‘Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)
Model tasawuf yang mereka kembangkan adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali.
Abad ke 6 H lahir sejumlah sufi yang berorientasi filsafat,
antara lain; Suhrawardi Al-Maqtul, tokoh ilmu huduri atau presensial (w. 587
H), Al-Syaikh Al-Akbar, Ibn Arabi (w.638 H), sultan paara perindu dan penyair
sufi Mesir, Umar ibn Al-Faridh (w. 632 H), dan Abd Al-Haqq ibn Sab’in (w.669
H). Dalam aliran mereka berkembang panteisme (wahdah al-wujud) yang mengarahkan
tasawuf pada kebersatuan dengan Allah Swt. Perkembangan tasawuf akhirnya
berlangsung dibawah pengaruh mereka. Dan terkait amat luas dengan filsafat.
Aliran ini mencapai puncknya pada pemikiran Ibn ‘Arabi yang berhasil membangun
pilar tasawuf di atas prinsip – prinsip filsafat yang kukuh dalam sebuah visi
kesatuan yang paripurna.
Dengan munculnya aliran tersebut, tasawuf terbagi menjadi
dua yaitu pertama tasawuf sunni yang dikembangkan para sufi pada abad ke 3 dan
4 H yang disusul All-Ghazali dan para pengikutnya dari syaikh – syaikh tarekat,
yaitu tasawuf yang berlandaskan moral praktis yang berlandaskan Al-Quran dan
sunnah. Kedua tasawuf falsafi yang menggabungkan tasawuf dengan berbagai aliran
mistik dari lingkungan di luar Islam, seperti Hinduime, kependetaan kristen
ataupun teosofi dalam neo-Platonisme.
C. Sejarah Perkembangan Tasawuf Islam
Mengenali
sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan sejarah Islam dan
para pemeluknya, terutama pada masa Nabi. Sebab, secara faktual, tasawuf
mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang dilaksanakan oleh
para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan tasawuf baru muncul pasca
era Shahabat dan Tabi’in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat
itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil.
Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan
secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme,
materialisme dan hedonisme.
Tasawuf
sebagai sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak
dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi’in pada hakikatnya sudah
sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga
tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
Ketika
kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan,
mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi
fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar pertengahan abad 2
Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.
Mayoritas
ahli sejarah berpendapat bahwa tema tasawuf dan sufi adalah sebuah tema yang
muncul setelah abad II Hijriah. Sebuah terma yang sama sekali baru dalam agama
Islam. Pakar sejarah juga sepakat bahwa yang mula-mula menggunakan istilah ini
adalah orang-orang yang berada di kota Bagdad-Irak. Pendapat yang menyatakan
bahwa tema tasawuf dan sufi adalah baru serta terlahir dari kalangan komunitas
Bagdad merupakan satu pendapat yang disetujui oleh mayoritas penulis buku-buku
tasawuf.[1]
Sebagian
pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang
sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Dan orang-orang Islam baru di daerah
Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang
yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah
masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari
kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk
mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan
berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada
waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit
domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi
penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian
disebut Paham Sufi, Sufisme atau Paham Tasawuf, dan orangnya disebut Orang
Sufi`.
Sebagian
pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi
Muhammad. Berasal dari kata “beranda” (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl
al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka dianggap sebagai penanam
benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Kemudian,
menurut catatn sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi, maka yang pertama
sekali memfilsyafatkan ibadah dan menjadikan ibadah secara satu yang khusus,
adalah sahabat Nabi Yang bernama Huzaifa bin Al Yamani, salah seorang sahabat
Nabi yang Mulia dan terhormat. Beliaulah yang pertama kali menyampaikan
ilmu-ilmu yang kemudian hari ini kita kenal dengan Tasawuf dan beliaulah yang
membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu.
Menurut
cacatan sejarah, dari sahabat Nabi Huzaifah bin al Yamani inilah pertama-tama
mendirikan Madrasah Tasawuf . tetapi pada masa itu belumlah terkenal dengan
nama Tasawuf, masih sangat sederhana sekali. Imam sufi yang pertama di
dalam sejarah Islam yaitu Al Hasan Al Basry seorang ulama besar Tabiin, adalah
murid pertama Huzaifah bin al Yamani dan adalah keluaran dari Madrasah yang
pernah didirikan oleh Huzaifah bin Al Yamani.[2]
Selanjutnya,
Tasawuf itu berkembang yang dimulai oleh Madrasah huzaifah bin Al yamani di
madinah, kemudian diteruskan Madrasah Al Hasanul basry di basrah dan seterusnya
oleh Saad bin Al Mussayib salah seorang ulama besar Tabiin, dan masih banyak
lagi tokoh-tokoh ilmu Tasawuf lainnya. Sejak itulah pelajaran Ilmu tasawwuf
telah mendapat kedudukan yang tetap dan tidak terlepas lagi dari masyarakat
ummat Islam sepanjang masa.
Sedang
menurut versi yang lain, munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada
pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyim al-Kufi (w. 250 H.) dengan
meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya
aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada
akhir abad I dan permulaan abad II Hijriyyah.
Harun
Nasution mencatat ada lima pendapat tentang asal – usul zuhud. Pertama,
dipengaruhi oleh cara hidup rahib-rahib Kristen. Kedua, dipengaruhi oleh
Phytagoras yang megharuskan meninggalkan kehidupan materi dalam rangka
membersihkan roh. Ajaran meninggalkan dunia dan berkontemplasi inilah yang
mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam. Ketiga, dipengaruhi oleh
ajaran Plotinus yang menyatakan bahwa dalam rangka penyucian roh yang telah
kotor,sehingga bisa menyatu dengan Tuhan harus meninggalkan dunia. Keempat,
pengaruh Budha dengan faham nirwananya bahwa untukmencapainya orang harus
meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Kelima, pengaruh ajaran
Hindu yang juga mendorong manusia meninggalkan dunia dan mendekatkandiri kepada
Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahman.[3]
Sementara
itu Abu al’ala Afifi mencatat empat pendapat para peneliti tentang faktor atau
asal –usul zuhud. Pertama, berasal dari atau dipengaruhi oleh India dan Persia.
Kedua, berasal dari atau dipengaruhi oleh askestisme Nasrani. Ketiga, berasal
atau dipengaruhi oleh berbagai sumber yang berbeda- beda kemudian menjelma
menjadi satu ajaran. Keempat, berasal dari ajaran Islam. Untuk faktor yang
keempat tersebut Afifi memerinci lebih jauh menjadi tiga : Pertama, faktor
ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan
al-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’taqwa dan zuhud.
Kedua,
reaksi rohaniah kaum muslimin terhadap system sosial politik dan ekonomi di
kalangan Islam sendiri,yaitu ketika Islam telah tersebar ke berbagai negara
yang sudah barang tentu membawa konskuensi – konskuensi tertentu,seperti
terbukanya kemungkinan diperolehnya kemakmuran di satu pihak dan terjadinya pertikaian
politik interen umat Islam yang menyebabkan perang saudara antara Ali ibn Abi
Thalib dengan Mu’awiyah,yang bermula dari al-fitnah al-kubraI yang menimpa
khalifah ketiga, Ustman ibn Affan (35 H/655 M). Dengan adanya fenomena sosial
politik seperti itu ada sebagian masyarakat dan ulamanya tidak ingin terlibat
dalam kemewahan dunia dan mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap pergolakan
yang ada,mereka mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam pertikaian
tersebut.
Ketiga,
reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam, sebab keduanya tidak bisa memuaskan dalam
pengamalan agama Islam. Menurut at-Taftazani, pendapat Afifi yang terakhir ini
perlu diteliti lebih jauh, zuhud bisa dikatakan bukan reaksi terhadap fiqih dan
ilmu kalam, karena timbulnya gerakan keilmuan dalamIslam, seperti ilmu fiqih
dan ilmu kalam dan sebaginya muncul setelah praktek zuhud maupun gerakan zuhud.
Pembahasan ilmu kalam secara sistematis timbul setelah lahirnya mu’tazilah
kalamiyyah pada permulaan abad II Hijriyyah, lebih akhir lagi ilmu fiqih,yakni
setelah tampilnya imam-imam madzhab, sementara zuhud dan gerakannya telah lama
tersebar luas didunia Islam[4]
Menurut
hemat penulis,zuhud itu meskipun ada kesamaan antara praktek zuhud dengan
berbagai ajaran filsafat dan agama sebelum Islam, namun ada atau tidaknya
ajaran filsafat maupun agama itu, zuhud tetap ada dalam Islam. Banyak dijumpai
ayat al-Qur’an maupun hadits yang bernada merendahkan nilai dunia, sebaliknya
banyak dijumpai nash agama yangmemberi motivasi beramal demi memperoleh pahala
akhirat dan terselamatkan dari siksa api neraka (QS.Al-hadid :19),(QS.Adl-Dluha
: 4),(QS. Al-Nazi’aat : 37 – 40).
D. Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Tasawuf mudah masuk pada lini
kebudayaan msyarakat Indonesia yang bercorak Mistis, hal ini dikarenakan adanya
kemiripan dalam ajaran Tasawuf dengan kebudayaan lama bangsa Indonesia,
kemiripan itu ada metode pendekatan dengan Tuhan, yakni pendekatan dengan Tuhan
suatu symbol kesempurnaan, yang dapt dikatan peleburan {kesatuan antara Tuhan
dan manusia} hal ini sebagai tingkatan tertinggi baik pada paham Al-hulul yang
di bawa Al-Halaj maupun paham Wahdah Al-Wujud yang dibawa oleh Muhyidin
Al-Arabi maupun paham Ma’rifah yang tokoh terkenalnya Robiah Al-Adawiyah. Semua
merupakan bagian dari sutu metode agar bagaima dapat dekat, bersatu, melebur
menjadi Tuhan.{menjadi satu kesatuan} hal ini hampir menyerupai dengan metode
keagamaan Hindu maupun Budhadalam upaya mencapai kepada tingkatan tertingginya
yakni menjadi brahmana seorang yang hendak mencapai brahmana harus mempunyai kriteria-kriteria
tertentu.bedanya Hindu Maupun Budha yaitu terletak pada penyatuan dengan
tuhannya yang berbeda. Hal ini jelas karena perbedaan agama maupun tuhan yang
berbeda.[5]
Tasawuf di Indonesia terbagi
berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan
sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Dengan tokoh-tokohnya di pulau Jawa oleh Wali Sanga, Sumatra oleh Hamjah
fansuri, Kalimantan oleh Syekh Ahmad Khatib As-sambasi, Sulewesi oleh Syekh
Yusuf Tajul Khalawati Al-Makasari.
1)
Perkembangan Tasawuf di Pulu Jawa
Tasawufb masuk di Pulau Jawa di tandai dengan berdirinya kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Tepatnya di Demak Jawa Tengah pada tahun 1479 M. sekitar
abad terakhir ke-XV M. penyebaran agama Islam di Pulau Jawa Oleh Para Wali
Sanga Melaluin pendekatan mistik. Hal ini merupakan strategi pendekatan dan
pembawuran dengan masyarakat, corak budaya yang begitu kental membuat sulit
penyebarab Islam sehingga para Wali berusaha mengadakan pendekatan dengan
menggunakan kebudayaan di sekitarnya untuk mengIslamkan masyrakat di pPulau
Jawa, karena di ketahui penduduk mempunyai latar be;lakang kebudayaan Hindu
Budha yang sangat kental. Cara ini ternyata banyak di minati oleh penduduk
sehingga banyak yang memeluk agama Islam.Pada perkembangannya Tasawuf di
Indonesia lebih dikenalkan oleh Syekh Siti Jenar yang mengatakan bahwa “ ajaran
Islam itu tidak pelu yang perlu hanyalah hakikat, Tuhan dam muhmmad adalah
satu, kerena Muhammad adalah Nur, sedangkan Nur adalah Tuhan”, meskipun dalam
perkembangannya ajaran Syekh Siti Jenar dianggap sesat oleh Para Wali.
2)
Perkembangan Tasawuf du Pulau
Sumatra
Pekembangan Tasawuf di Sumatra sama halnya di Pulau Jawa, yakni untuk
mengIslamkan penduduk sumtra. Ulama sufi yang sangat berpengaruh ilah Hamzah
Pansuru yang berfaham Wahdatul Wujud. Hamzah pansuri terkenal dengan tulisannya
sehingga membuat ajaran Tasawuf banyak dikenal oleh banyak oerang. Kemudian
muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani yang bermukim di Aceh, tokoh
sufi lainnya yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sumatra Ialah Syekh
Abdul Rau’uf bin Ali Al-Fansuri yang menyebarkan Tarekat Satariyah dan kemudian
diikuti oleh murid-mueidnya. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad
Al-Palambani. Perketaannya yang sering dikatan tentang sufu yaitu “ seorang
sufi tidak boleh hanya mengajar dan berzikir saja tetapi ia harus berani
membela agama Islam dengan fisik.
3.
Perkembangan Tasawuf di Kalimantan
Perkembangan Tasawuf di Kalaimantan sama halnya perkembangan di pulau-pulau
lain di nusantara salah seorang sufi yang terkemuka di Kalaimantan ialah Syekh
Khatib As-Sambasi, ketika belajar di Mekkah be;liau lebih dikenal dengan nama
Ahmad Khatib bin Abdul Ghafar As-sambasi Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya
sebagai ahli Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di
Kalimantan Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei
Al-banjiri yang di beri gelar oleh pengikutnya dengan nama maulan Al-Alamah
Al-Mursad Ila Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-Sad
bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya dalam hal agama.
Dimana Syekh Muhammad Nafis sangat mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan Syekh
Muhammad Ar-Sad lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih mencolok
pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni Asyariyah dan
dari segi mahjab Figih lebih kepada Mahjab Syafi’i.
4.
Perkembangan Tasawuf di Sulawesi
Hampir semua perkembangan Tasawuf di
kepulauan Nusantara satu sama lain tidak jauh berbaeda. Yakni untuk
mengIslamkan penduduk sekitar yang membedakan satu sama lainnya adalah tarekat
yang kemudian berkembangnya saja, di Sulawesi Tasawuf yang berkembang bercorak
Sunni dan Falsafi menskipun pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran
Tasawuf dengan Ilmu Hitam, sehingga hal ini semakin membiongungkan masyarakat
kalangan awam. hal seperti inilah yang kemudian membuat cira Tasawuf dimata
masyrakar semakin direndahkan dan kurang diminati orang.
Ulam Tasawuf dari Sulawesi adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari,
beliau lahir 8 Syawal 1036 H., bertepatan dengan 3 Juli 1629 M, beliau
beraliran Tasawuf sunni yang bermukim di Goa Sulawesi Selatan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi
SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan
pribadi Nabi Muhammad SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia
berkhalwat di gua Hira terutama pada bulan Ramadhan
2.
Abad I tasawuf masih berupa
zuhud, abad ke-3 H,
wacana tentang zuhud mulai digantikan oleh
tasawuf. Ajaran para sufi ini pun tidak lagi terbatas pada aspek praktis
(amali), Pada
abad ke 5 H imam Al-Ghazali tampil menentang jenis – jenis tasawuf yang
dianggap tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Abad ke 6 H lahir
sejumlah sufi yang berorientasi filsafat.
3.
Tasawuf di Indonesia terbagi
berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan
sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawes.
B.
Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca
dapat menambah wawasan belajarnya dengan membaca buku – buku tentang sejarah
perkembangan tasawuf Sehingga pembaca benar – benar paham mengenai sejarah
perkembangan tasawuf, mengingat singkatnya materi yang kami sajikan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tusi,
Al-Luma’, 1960,Mesir: Dar al-Kutub
al-Hadisah.
Dr. Abu al-Wafa al-Ghanimi
al-Taftazani, 1977, Sufi dari Zaman ke
Zaman,Bandung : Pustaka.
Prof. Dr. Amin Syukur MA,2000, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Reynold A.
Nicholson,1998, Mistik Dalam Islam,
Jakarta : Bumi Aksara.
http://pusat-akademik.blogspot.co.id/2008/09/perkembangan-tasawuf-di-indonesia.html,
diakses tanggal 18 oktober 2016
[1]Dr.
Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi
dari Zaman ke Zaman, (Bandung : Pustaka), 1977, hlm. 54
[2]Al-Tusi, Al-Luma’,(Mesir
: Dar al-Kutub al-Hadisah), 1960, hlm. 65
[3]Reynold A. Nicholson,
Mistik Dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara),1998,hlm. 8-21
[4]Prof. Dr. Amin Syukur MA, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2000,58 dan
250
[5]http://pusat-akademik.blogspot.co.id/2008/09/perkembangan-tasawuf-di-indonesia.html, diakses tanggal 18 oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar