Sabtu, 25 Maret 2017

sejarah perkembangan tasawuf



MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Mata kuliah Ahlak Tasawuf

Dosen Pembimbing :
Drs.H.Mukti Sy, M.Ag

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
(KELAS F)

                                              
INDAH APRILLA SARI     : 1511010278
LATIFATUL FITRIA           : 1511010293
M. MAHFUDZ NATSIR      : 1511010297



PENDIDKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2015/2016
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah – Nya kami dapat menyusun makalah ini seperti waktu yang telah kami rencanakan. Serta shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Agung junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak.
Makalah yang berjudul sejarah pekembangan tasawuf ini sengaja kami susun sebagai tugas kelompok sekaligus sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan dan Makalah ini disusun agar pembaca dan penyusun dapat memperluas ilmu tentang sejarah pekembangan tasawuf yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada kita semua. Tentu saja makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama dari Dosen Pembimbing yang bersangkutan, demi kesempurnaan pembuatan makalah – makalah selanjutnya.


Bandar Lampung, 13 Oktober 2016


Penyusun
(kelompok 3)





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB   I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 1

BAB   II PEMBAHASAN..................................................................................... 2
A.    Bab timbulnya tasawuf.......................................................................... 2
B.     Sejarah Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad............................... 3
C.     Sejarah Perkembangan Tasawuf islam................................................... 5
D.    Perkembangan Tasawuf di Indonesia.................................................... 9

BAB   III PENUTUP........................................................................................... 12
A.       Kesimpulan.......................................................................................... 12
B.        Saran.................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu program pendidikan yang menumpukan perhatian kepada pembersihan jiwa manusia daripada seluruh penyakit-penyakitnya, yang dapat menjauhkan manusia dari Allah SWT. dan membetulkan kelakuan dan perilaku yang menyimpang dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. hubungan sesama manusia dan dengan ego diri. yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Karena jiwa manusia pada tabiatnya merupakan tempat yang di dalamnya terhimpun berbagai penyakit-penyakit, seperti sombong, 'ujub (bangga diri), angkuh, egois, kikir, marah, riya', dorongan maksiat dan durhaka, hasrat memuaskan diri dan membalas dendam, benci, dengki, menipu, tamak, dan loba.
Sehingga untuk menghilangkan dan membersihkan semua penyait-penyakit manusia tersebut dengan cara memahami dan mendalami Ilmu Tasawuf. Meskipun sebenarnya Tasawuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in). Istilah ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. Abdul Hasan Al Fusyandi mengatakan, "Pada zaman Rasulullah Saw, tasawuf ada realitasnya, tetapi tidak ada namanya. Dan sekarang, ia hanyalah sekedar nama, tetapi tidak ada realitasnya."

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana timbulnya tasawuf?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf dari abad ke abad?
3.      Bagaimana sejarah perkembangan tasawuf islam?
4.      Bagaimana perkembangan tasawuf di indonesia?



BAB II
PEMBAHASAN


A.  Sebab Timbulnya Tasawuf
Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan pribadi Nabi Muhammad SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia berkhalwat di gua Hira terutama pada bulan Ramadhan. Disana Nabi banyak berdzikir bertafakur dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan diri Nabi di gua Hira ini merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Sumber lain yang diacu oleh para sufi adalahkehidupan para sahabat Nabi yang berkaitan dengan keteduhan iman, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam Islam tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad – abad sesudahnya.
Setelah periode sahabat berlalu, muncul pula periode tabiin. Yakni Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, kehidupan politik berubah total. Dengan sistem pemerintahan monarki, khalifah-khalifah Bani Umayyah secara bebas berbuat kezaliman-kezaliman, terutama terhadap kelompok Syiah, yakni kelompok lawan politiknya yang paling gencar menentangnya. Puncak kekejaman mereka terlihat jelas pada peristiwa terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib di Karbala. Kasus pembunuhan itu ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat Islam ketika itu. Kekejaman Bani Umayyah yang tak henti-hentinya itu membuat sekelompok penduduk Kufah merasa menyesal karena mereka telah mengkhianati Husein dan memberikan dukungan kepada pihak yang melawan Husein. Mereka menyebut kelompoknya itu dengan Tawwabun (kaum Tawabin). Untuk membersihkan diri dari apa yang telah dilakukan, mereka mengisi kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaumTawabin itu dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang terbunuh di Kufah pada tahun 68 H.
Disamping gejolak politik yang berkepanjangan, perubahan kondisi sosialpun terjadi.halini mempunyai pengaruh yang besar dalam pertumbuhan kehidupan beragama masyarakat Islam. Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat,secara umum kaum muslimin hidup dalam keadaan sederhana. Ketika Bani Umayyah memegang tampuk kekuasaan,hidup mewah mulai meracuni masyarakat, terutama terjadi di kalangan istana.
Dari perubahan-perubahan kondisi sosial tersebut sebagian masyarakat mulai melihat kembali pada kesederhanaan kehidupan Nabi SAW dan para sahabatnya. Mereka mulai merenggangkan diri dari kehidupan mewah. Sejak saat itu kehidupan zuhud menyebar luas dikalangan masyarakat. Para pelaku zuhud itu disebut zahid (jamak : zuhhad) atau karena ketekunan mereka beribadah, maka disebut abid (jamak : abidin atau ubbad) atau nasik (jamak : nussak)
Kalau ditilik dari segi historis tasawuf, menurut kalangan peneliti yang menjadi faktor penyebab munculnya antara lain:
1.      Karena adanya “pious opposition” (oposisi yang bermuatan kesalehan) dari sekelompok umat Islam terhadap praktek-praktek regementer pemerintahan Bani Umayah di Damaskus
2.      Karena ada sekelompok (dalam hal ini para sahabat) yang selalu ingin meniru seperti pekerti Rasulullah SAW, khususnya Khulafa al-Rasyidin.

B.  Sejarah Perkembangan Tasawuf Dari Abad ke Abad
Secara historis tasawuf telah mengalami perkembangan melalui berbagai tahapan, sejak pertumbuhan hingga keadaaanya sekarang.
Tahapan pertama tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih sederhana. Yaitu pada abad ke 1 dan 2 H. Sekelompok kaum muslimin memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya hanya pada ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat. Mereka adalah antara lain Al Hasan Al Bashri (w.110 H) dan Rabi’ah Al-‘Adawiyyah (w. 185 H).
Pada abad ke 3 kaum sufi mulai memperhatikan konsep – konsep teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pemikiran – pemikiran yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah – masalah epistemologis. Masalah ini berkaitan lagsung dengan pembahasan mengenai hubngan manusia dengan Allah. Sehingga lahir konsep – konsep fana’, terutama oleh Abu Yazid Al-Busthami (w. 261 H).
Dai sisi lain pada abad ke 3 dan 4 muncul tokoh – tokoh tasawuf seperti Al-junaid dan Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah. Pada periode ini muncul pula jenis baru tasawuf yang di perkenalka Al –Husain ibn Manshur Al-Hallaj.
Pada abad ke 5 H imam Al-Ghazali tampil menentang jenis – jenis tasawuf yang dianggap tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam sebuah upaya pengembalian tasawuf kepada status semula sebgai jalan hidup zuhud, pendidikan jiwa dan pembentukan moral. Dia mengajukan kritik – kritik tajam terhadap berbagai aliran filsafat, pemikiran pemikiran mu’tazilah dan kepercayaan bathiniyah untuk menancapkan dasar – dasar yang kukuh bagi tasawuf yang lebih moderat an sesuai dengan garis pemikiran teologis Ahl Al-Sunnahwa Al-Jamaah. Dalam orientasi umum yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi Al-Hallaj dan Al-Busthami. Tasawuf semacam ini disebut tasaawuf sunni.
Sejak tampilnya Al-ghazali tasawuf sunni mulai menyebar di Dunia Islam. Bahkan muncul tokoh – tokoh sufi terkemuka seperti syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H) dan Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jailani (w. 651 H)yang sangat ter[pengaruh tasawuf Al-ghazali. Dan generasi berikutnya, diantaranya yang paling menonjol adalah syaikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili (w. 650 H) dan muridnya Abu Al-Abbas Al-Mursi (w. 686 H) serta Ibn ‘Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H) Model tasawuf yang mereka kembangkan adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali.
Abad ke 6 H lahir sejumlah sufi yang berorientasi filsafat, antara lain; Suhrawardi Al-Maqtul, tokoh ilmu huduri atau presensial (w. 587 H), Al-Syaikh Al-Akbar, Ibn Arabi (w.638 H), sultan paara perindu dan penyair sufi Mesir, Umar ibn Al-Faridh (w. 632 H), dan Abd Al-Haqq ibn Sab’in (w.669 H). Dalam aliran mereka berkembang panteisme (wahdah al-wujud) yang mengarahkan tasawuf pada kebersatuan dengan Allah Swt. Perkembangan tasawuf akhirnya berlangsung dibawah pengaruh mereka. Dan terkait amat luas dengan filsafat. Aliran ini mencapai puncknya pada pemikiran Ibn ‘Arabi yang berhasil membangun pilar tasawuf di atas prinsip – prinsip filsafat yang kukuh dalam sebuah visi kesatuan yang paripurna.
Dengan munculnya aliran tersebut, tasawuf terbagi menjadi dua yaitu pertama tasawuf sunni yang dikembangkan para sufi pada abad ke 3 dan 4 H yang disusul All-Ghazali dan para pengikutnya dari syaikh – syaikh tarekat, yaitu tasawuf yang berlandaskan moral praktis yang berlandaskan Al-Quran dan sunnah. Kedua tasawuf falsafi yang menggabungkan tasawuf dengan berbagai aliran mistik dari lingkungan di luar Islam, seperti Hinduime, kependetaan kristen ataupun teosofi dalam neo-Platonisme.

C.  Sejarah Perkembangan Tasawuf Islam
Mengenali sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan sejarah Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa Nabi. Sebab, secara faktual, tasawuf mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang dilaksanakan oleh para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan tasawuf baru muncul pasca era Shahabat dan Tabi’in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme.
Tasawuf sebagai sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi’in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar pertengahan abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.
Mayoritas ahli sejarah berpendapat bahwa tema tasawuf dan sufi adalah sebuah tema yang muncul setelah abad II Hijriah. Sebuah terma yang sama sekali baru dalam agama Islam. Pakar sejarah juga sepakat bahwa yang mula-mula menggunakan istilah ini adalah orang-orang yang berada di kota Bagdad-Irak. Pendapat yang menyatakan bahwa tema tasawuf dan sufi adalah baru serta terlahir dari kalangan komunitas Bagdad merupakan satu pendapat yang disetujui oleh mayoritas penulis buku-buku tasawuf.[1]
Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut Paham Sufi, Sufisme atau Paham Tasawuf, dan orangnya disebut Orang Sufi`.
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata “beranda” (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Kemudian, menurut catatn sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi, maka yang pertama sekali memfilsyafatkan ibadah dan menjadikan ibadah secara satu yang khusus, adalah sahabat Nabi Yang bernama Huzaifa bin Al Yamani, salah seorang sahabat Nabi yang Mulia dan terhormat. Beliaulah yang pertama kali menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian hari ini kita kenal dengan Tasawuf‌ dan beliaulah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu.
Menurut cacatan sejarah, dari sahabat Nabi Huzaifah bin al Yamani inilah pertama-tama mendirikan Madrasah Tasawuf . tetapi pada masa itu belumlah terkenal dengan nama Tasawuf, masih sangat sederhana sekali. Imam sufi  yang pertama di dalam sejarah Islam yaitu Al Hasan Al Basry seorang ulama besar Tabiin, adalah murid pertama Huzaifah bin al Yamani dan adalah keluaran dari Madrasah yang pernah didirikan oleh Huzaifah bin Al Yamani.[2]
Selanjutnya, Tasawuf itu berkembang yang dimulai oleh Madrasah huzaifah bin Al yamani di madinah, kemudian diteruskan Madrasah Al Hasanul basry di basrah dan seterusnya oleh Saad bin Al Mussayib salah seorang ulama besar Tabiin, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu Tasawuf lainnya. Sejak itulah pelajaran Ilmu tasawwuf telah mendapat kedudukan yang tetap dan tidak terlepas lagi dari masyarakat ummat Islam sepanjang masa.
Sedang menurut versi yang lain, munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyim al-Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II Hijriyyah.
Harun Nasution mencatat ada lima pendapat tentang asal – usul zuhud. Pertama, dipengaruhi oleh cara hidup rahib-rahib Kristen. Kedua, dipengaruhi oleh Phytagoras yang megharuskan meninggalkan kehidupan materi dalam rangka membersihkan roh. Ajaran meninggalkan dunia dan berkontemplasi inilah yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam. Ketiga, dipengaruhi oleh ajaran Plotinus yang menyatakan bahwa dalam rangka penyucian roh yang telah kotor,sehingga bisa menyatu dengan Tuhan harus meninggalkan dunia. Keempat, pengaruh Budha dengan faham nirwananya bahwa untukmencapainya orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Kelima, pengaruh ajaran Hindu yang juga mendorong manusia meninggalkan dunia dan mendekatkandiri kepada Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahman.[3]
Sementara itu Abu al’ala Afifi mencatat empat pendapat para peneliti tentang faktor atau asal –usul zuhud. Pertama, berasal dari atau dipengaruhi oleh India dan Persia. Kedua, berasal dari atau dipengaruhi oleh askestisme Nasrani. Ketiga, berasal atau dipengaruhi oleh berbagai sumber yang berbeda- beda kemudian menjelma menjadi satu ajaran. Keempat, berasal dari ajaran Islam. Untuk faktor yang keempat tersebut Afifi memerinci lebih jauh menjadi tiga : Pertama, faktor ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’taqwa dan zuhud.
Kedua, reaksi rohaniah kaum muslimin terhadap system sosial politik dan ekonomi di kalangan Islam sendiri,yaitu ketika Islam telah tersebar ke berbagai negara yang sudah barang tentu membawa konskuensi – konskuensi tertentu,seperti terbukanya kemungkinan diperolehnya kemakmuran di satu pihak dan terjadinya pertikaian politik interen umat Islam yang menyebabkan perang saudara antara Ali ibn Abi Thalib dengan Mu’awiyah,yang bermula dari al-fitnah al-kubraI yang menimpa khalifah ketiga, Ustman ibn Affan (35 H/655 M). Dengan adanya fenomena sosial politik seperti itu ada sebagian masyarakat dan ulamanya tidak ingin terlibat dalam kemewahan dunia dan mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap pergolakan yang ada,mereka mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam pertikaian tersebut.
Ketiga, reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam, sebab keduanya tidak bisa memuaskan dalam pengamalan agama Islam. Menurut at-Taftazani, pendapat Afifi yang terakhir ini perlu diteliti lebih jauh, zuhud bisa dikatakan bukan reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam, karena timbulnya gerakan keilmuan dalamIslam, seperti ilmu fiqih dan ilmu kalam dan sebaginya muncul setelah praktek zuhud maupun gerakan zuhud. Pembahasan ilmu kalam secara sistematis timbul setelah lahirnya mu’tazilah kalamiyyah pada permulaan abad II Hijriyyah, lebih akhir lagi ilmu fiqih,yakni setelah tampilnya imam-imam madzhab, sementara zuhud dan gerakannya telah lama tersebar luas didunia Islam[4]
Menurut hemat penulis,zuhud itu meskipun ada kesamaan antara praktek zuhud dengan berbagai ajaran filsafat dan agama sebelum Islam, namun ada atau tidaknya ajaran filsafat maupun agama itu, zuhud tetap ada dalam Islam. Banyak dijumpai ayat al-Qur’an maupun hadits yang bernada merendahkan nilai dunia, sebaliknya banyak dijumpai nash agama yangmemberi motivasi beramal demi memperoleh pahala akhirat dan terselamatkan dari siksa api neraka (QS.Al-hadid :19),(QS.Adl-Dluha : 4),(QS. Al-Nazi’aat : 37 – 40).
D.  Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Tasawuf mudah masuk pada lini kebudayaan msyarakat Indonesia yang bercorak Mistis, hal ini dikarenakan adanya kemiripan dalam ajaran Tasawuf dengan kebudayaan lama bangsa Indonesia, kemiripan itu ada metode pendekatan dengan Tuhan, yakni pendekatan dengan Tuhan suatu symbol kesempurnaan, yang dapt dikatan peleburan {kesatuan antara Tuhan dan manusia} hal ini sebagai tingkatan tertinggi baik pada paham Al-hulul yang di bawa Al-Halaj maupun paham Wahdah Al-Wujud yang dibawa oleh Muhyidin Al-Arabi maupun paham Ma’rifah yang tokoh terkenalnya Robiah Al-Adawiyah. Semua merupakan bagian dari sutu metode agar bagaima dapat dekat, bersatu, melebur menjadi Tuhan.{menjadi satu kesatuan} hal ini hampir menyerupai dengan metode keagamaan Hindu maupun Budhadalam upaya mencapai kepada tingkatan tertingginya yakni menjadi brahmana seorang yang hendak mencapai brahmana harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu.bedanya Hindu Maupun Budha yaitu terletak pada penyatuan dengan tuhannya yang berbeda. Hal ini jelas karena perbedaan agama maupun tuhan yang berbeda.[5]
Tasawuf di Indonesia terbagi berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tokoh-tokohnya di pulau Jawa oleh Wali Sanga, Sumatra oleh Hamjah fansuri, Kalimantan oleh Syekh Ahmad Khatib As-sambasi, Sulewesi oleh Syekh Yusuf Tajul Khalawati Al-Makasari.
1)        Perkembangan Tasawuf di Pulu Jawa
Tasawufb masuk di Pulau Jawa di tandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Tepatnya di Demak Jawa Tengah pada tahun 1479 M. sekitar abad terakhir ke-XV M. penyebaran agama Islam di Pulau Jawa Oleh Para Wali Sanga Melaluin pendekatan mistik. Hal ini merupakan strategi pendekatan dan pembawuran dengan masyarakat, corak budaya yang begitu kental membuat sulit penyebarab Islam sehingga para Wali berusaha mengadakan pendekatan dengan menggunakan kebudayaan di sekitarnya untuk mengIslamkan masyrakat di pPulau Jawa, karena di ketahui penduduk mempunyai latar be;lakang kebudayaan Hindu Budha yang sangat kental. Cara ini ternyata banyak di minati oleh penduduk sehingga banyak yang memeluk agama Islam.Pada perkembangannya Tasawuf di Indonesia lebih dikenalkan oleh Syekh Siti Jenar yang mengatakan bahwa “ ajaran Islam itu tidak pelu yang perlu hanyalah hakikat, Tuhan dam muhmmad adalah satu, kerena Muhammad adalah Nur, sedangkan Nur adalah Tuhan”, meskipun dalam perkembangannya ajaran Syekh Siti Jenar dianggap sesat oleh Para Wali.
2)        Perkembangan Tasawuf du Pulau Sumatra
Pekembangan Tasawuf di Sumatra sama halnya di Pulau Jawa, yakni untuk mengIslamkan penduduk sumtra. Ulama sufi yang sangat berpengaruh ilah Hamzah Pansuru yang berfaham Wahdatul Wujud. Hamzah pansuri terkenal dengan tulisannya sehingga membuat ajaran Tasawuf banyak dikenal oleh banyak oerang. Kemudian muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani yang bermukim di Aceh, tokoh sufi lainnya yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sumatra Ialah Syekh Abdul Rau’uf bin Ali Al-Fansuri yang menyebarkan Tarekat Satariyah dan kemudian diikuti oleh murid-mueidnya. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad Al-Palambani. Perketaannya yang sering dikatan tentang sufu yaitu “ seorang sufi tidak boleh hanya mengajar dan berzikir saja tetapi ia harus berani membela agama Islam dengan fisik.
3.        Perkembangan Tasawuf di Kalimantan
Perkembangan Tasawuf di Kalaimantan sama halnya perkembangan di pulau-pulau lain di nusantara salah seorang sufi yang terkemuka di Kalaimantan ialah Syekh Khatib As-Sambasi, ketika belajar di Mekkah be;liau lebih dikenal dengan nama Ahmad Khatib bin Abdul Ghafar As-sambasi Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya sebagai ahli Fiqih, Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di Kalimantan Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-banjiri yang di beri gelar oleh pengikutnya dengan nama maulan Al-Alamah Al-Mursad Ila Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-Sad bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya dalam hal agama. Dimana Syekh Muhammad Nafis sangat mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan Syekh Muhammad Ar-Sad lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih mencolok pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni Asyariyah dan dari segi mahjab Figih lebih kepada Mahjab Syafi’i.
4.        Perkembangan Tasawuf di Sulawesi
Hampir semua perkembangan Tasawuf di kepulauan Nusantara satu sama lain tidak jauh berbaeda. Yakni untuk mengIslamkan penduduk sekitar yang membedakan satu sama lainnya adalah tarekat yang kemudian berkembangnya saja, di Sulawesi Tasawuf yang berkembang bercorak Sunni dan Falsafi menskipun pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran Tasawuf dengan Ilmu Hitam, sehingga hal ini semakin membiongungkan masyarakat kalangan awam. hal seperti inilah yang kemudian membuat cira Tasawuf dimata masyrakar semakin direndahkan dan kurang diminati orang.
Ulam Tasawuf dari Sulawesi adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari, beliau lahir 8 Syawal 1036 H., bertepatan dengan 3 Juli 1629 M, beliau beraliran Tasawuf sunni yang bermukim di Goa Sulawesi Selatan
















BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.      Benih-benih tasawuf sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa dalam hidup, ibadah dan pribadi Nabi Muhammad SAW. Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari –hari ia berkhalwat di gua Hira terutama pada bulan Ramadhan
2.      Abad I tasawuf masih berupa zuhud, abad ke-3 H, wacana tentang zuhud mulai digantikan oleh tasawuf. Ajaran para sufi ini pun tidak lagi terbatas pada aspek praktis (amali), Pada abad ke 5 H imam Al-Ghazali tampil menentang jenis – jenis tasawuf yang dianggap tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Abad ke 6 H lahir sejumlah sufi yang berorientasi filsafat.
3.      Tasawuf di Indonesia terbagi berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang dan sudah banyak pengikutnya yaitu , Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawes.

B.       Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah wawasan belajarnya dengan membaca buku – buku tentang sejarah perkembangan tasawuf Sehingga pembaca benar – benar paham mengenai sejarah perkembangan tasawuf, mengingat singkatnya materi yang kami sajikan








DAFTAR PUSTAKA


Al-Tusi, Al-Luma’, 1960,Mesir: Dar al-Kutub al-Hadisah.
Dr. Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, 1977, Sufi dari Zaman ke Zaman,Bandung : Pustaka.

Prof. Dr. Amin Syukur MA,2000, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Reynold A. Nicholson,1998, Mistik Dalam Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
http://pusat-akademik.blogspot.co.id/2008/09/perkembangan-tasawuf-di-indonesia.html, diakses tanggal 18 oktober 2016




[1]Dr. Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung : Pustaka), 1977, hlm. 54
[2]Al-Tusi, Al-Luma’,(Mesir : Dar al-Kutub al-Hadisah), 1960, hlm. 65
[3]Reynold A. Nicholson, Mistik Dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara),1998,hlm. 8-21
[4]Prof. Dr. Amin Syukur MA, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2000,58 dan 250
[5]http://pusat-akademik.blogspot.co.id/2008/09/perkembangan-tasawuf-di-indonesia.html, diakses tanggal 18 oktober 2016
 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...