Sabtu, 25 Maret 2017

metode-metode pendidikan



metode-metode pendidikan
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : hadis tarbwi
Dosen Pembimbing :
           

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

M. MAHFUDZ NASIR         :           1511010297




Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCXieOjejW9b7XnouQI9dLn1k_20XTJSXgO3q4K6dfC2GCnfUHU5k71DWUC15X3yy1sAIZ8Ql8GrJX29kA9xK3M05fX07ljz9mUXuiyuOAEAcuprg-wOD5qp-PA__jOuSPSiB6_9trFnX/s1600/Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpg
 









                                                     

                              
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2015/2016


                                                                           

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah "Hadist Tarbawi".                          Shalawat teriring salam kami haturkan  kepada Nabi  Allah, Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman, semoga kita semua mendapat safa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin ya robbal ‘alamin.                                                                             Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing. dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulis makalah ini.                                                                                    Dalam penulisan makalah ini kami sadari  bahwa masih  banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



                                                                 Bandar Lampung, September 2016




      Tim Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan merupakan sistem yang terjalin antara satu orang atau lebih yang berinteraksi secara edukatif antara murid dan guru yang berjalan secara disiplin, konsisten, dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
Salah satu jalan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk  kehidupan kamil adalah dengan adanya pendidikan agama, lebih khusus yakni pendidikan agama Islam sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Pendidikan sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Salah satu alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama Islam. Yang mana dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang pendidik agama Islam maka harus perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam yang efektif dan efisien.
Manusia telah diberi kemampuan untuk meneladani para Rasul Allah dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu Rasul Allah yang harus kita contoh dan menjadi panutan kita adalah Nabi Muhammad saw, karena beliau telah menunjukan bahwa pada dirinya terdapat suatu keteladanan yang mencerminkan kandungan al-Qur’an secara utuh. Juga dalam perilakunya terkandung nilai-nilai paedagogis yang sangat berharga untuk kita praktikkan dalam dunia pendidikan, baik pada sekolah formal maupun non formal.
Dalam Pendidikan Islam terdapat banyak variasi metode-metode atau cara-cara  yang digunakan untuk proses belajar mengajar, namun dalam makalah kami akan menjelaskan metode-metode pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan secara efisien.



B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan metode pendidikan ?
2.      Apa saja macam-macam metode pendidikan ?
3.      Bagaimana penjelasan dari metode-metode tersebut ?
C. Tujuan Masalah
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pendidikan.
2.      Mengetahui dan memahami macam-macam metode pendidikan yang di ambil dari hadis tarbawi.
3.      Memahami maksud penjelasan dari metode-metode yang dibahas.























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara bahasa metode berasal dari bahasa Inggris method yang berarti cara, bahasa Greeka metha berarti melalui atau melewati, dan hodos jalan atau cara. Secara istilah metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan[1]. Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu
3.  Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur[2]
Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt, baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam[3]
            Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi  melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberiakan, serta meningkatkan ketrampilan olah pikir[4]

B. Metode-Metode Pendidikan Islam
1. Metode Cramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an (Q.S. Yunus : 23)[5], Sedangkan dalam hadis nabi berikut:
حَدَ ثَنَا قُتَيْبَة بْن سَعِيْدٌ وَزُهَيْرِبْن حَرْبِ، قَالَ، حَدَ ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنْ عَبْدِ اْلمَا لِكِ بْن عُمَر، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَة، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، لَمَّاأَنْزَ لَتْ هَذِهِ الأَيَةِ "وَأَنْذِرعَشِيْرَ نَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ" (الشعراء:125)، دَعَارَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قُرَيْسِيَّا، فَاجْتَمَعُوْا، فَعَمُّ وَخَصُّ. فَقَالَ، "يَابَنِيْ كَعَبْ بِنْ لُؤَيْ، أَنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ مُرَةْ بْن كَعَبِ، أَنْقِذُوااَنْفَسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ هَاشِمَ، أَنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ عَبْدُ اْلمُطَلِبْ، اُنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا فَا طِمَةُ، أَنْقِذِيْ أَنْفُسِكِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّيْ لَا أَمْلَكَ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئَا. غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَا بِلُهَا بِبِلَا لِهَا. "   )رواه مسلم( 
Artinya :
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang terdekat(Q.S. Al-Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim )
a.  Penjelasan Hadits :
Hadits diatas diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan perawi tersebut adalah sebagai berikut: periwayat ke-1 (sanad 6) adalah Abu Hurairah, periwayat ke-2 (sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Abdul Malik ibn Umar, periwayat ke-4 (sanad 3) adalah Jarir, periwayat ke-5 (sanad 2) adalah  Zuhair ibn Harb, periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn Sa’id, dan periwayat ke-7 adalah Muslim yang juga berkedudukan sebagai Mukharij.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu, atau mengajak orang lain untuk mengikuti ajaran yang telah ditentukan, bahkan memberi peringatan kepada siapapun dapat menggunakan metode ceramah. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus dihadapan orang-orang Quraisy dengan tujuan mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya untuk menyelamatkan diri dari neraka dengan usahanya sendiri, karena Rasulullah tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
b. Aspek Pendidikan
1)   Menyampaikan ilmu kepada orang lain salah satu penyampaiaannya  adalah dengan metode ceramah.
2)   Dengan metode ceramah, murid atau orang yang menerima ilmu itu, akan lebih merespon dengan mendengarkan apa yang seorang guru bicarakan dalam ceramahnya.
3)   Dalam penyampaiannya, hendaklah seorang guru untuk mengemas materi yang ia akan sampaikan dengan tata bahasa yang baik dan mudah diterima oleh murid.[6]
Jadi Yang dimaksud dengan metode ceramah disini adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada sejumlah siswa yang biasanya berlangsung di dalam sebuah kelas. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar kelas. Dalam metode ini, guru merupakan pihak yang aktif sementara murid cenderung pasif. Metode ini tepat dipergunakan apabila menghadapi kondisi sebagai berikut :
1)      Jumlah murid atau peserta didik cukup besar sehingga kurang atau tidak efektif menggunakan metode yang lain.
2)      Guru atau penceramahnya adalah orang yang pandai berbicara yang baik dan berwibawa.
3)      Materi yang kan disampaikan terlalu banyak sementara waktu yang tersedia sedikit.
4)      Materi yang akan disampaikan merupakan keterangan atau penjelasan (tidak terdapat alternatif lain yang dapat didiskusikan).[7]
2. Metode Diskusi
Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu :”Discussus” yang berarti memeriksa ,menyelidik.dalam pengertian umum, diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang saling tukar pengalaman, pendapat, informasi dan memecahkan masalah, dapat terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.[8] hadis dasar pengambilan metode ini adalah:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi). 
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)  pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong orang yang beruat dzalim[9]
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama. 
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.

3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat, apabila pelaksanaannya di tunjukan untuk :
a.       Meninjau ulang pembelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi perhatian;
b.      Menyelingi pembicaraan agar tepat mendapatkan perhatian siswa;
c.       Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.[10]
Hadis Rasulullah SAW yang mengandung unsur metode tanya Jawab Adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)

Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya[11]
Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ »[12] أَوْ« ظَلَمَ وَأَسَاءَ ».
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari 'Amru bin Syu'aib dan Ayahnya dari Kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara bersuci? Maka beliau memerintahkan untuk didatangkan air di dalam bejana, lalu beliau membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kedua lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu memasukkan kedua jari telunjuknya pada kedua telinganya, dan mengusap bagian luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam kedua telinga dengan kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali, kemudian beliau bersabda: “Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang menambah atau mengurangi dari keterangan ini, maka dia telah berbuat kejelekan dan kezhaliman atau kezhaliman dan kejelekan.” (HR. Abi Daud).
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

5. Metode exsperimen
Metote eksperiman ialah cara pembelajaran dengan melakukan percobaan terhadap materi yang sedang dipelajari, setiap proses dan hasil percobaan itu diamati dengan seksama. Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan yang sejenisnya. Adapun hadits yang berkaitan dengan metode eksperiman, yaitu: 
حَدَثَنَا قُتَيْبَةِ بْن سَعِيْد اَلْثَقَفِيْ وَ أَبُو كَامِلْ اَلْجَحْدَرِيْ- وَتَقَارَبَ فِيْ اللَفْظِ. وَهَذَا حَدِيْثُ قُتَيْبَة قَالَ، "حَدَثَنَا أَبُواعَوَانَةْ، عَنْ سِمَاكْ، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ،"مَرَرْتُ مَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِقَوْمٍ عَلَى الرَؤْسِ النَّخْلِ. فَقَالَ،"مَايَصْنَحُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالُوْا،"يَلْقِحُوْنَهُ، يَجْعَلُوْنَ الذَ كَرَفِيْ اْلأُنْثَى، فَتَلَقَحْ. "فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم،"مَا أَظُنُّ يَعْنِي ذَلِكَ شَيْئَ". قَالَ،"فَأَخْبَرُوْا بِذَ لِكَ فَتَرَكُوْهُ، فَأَخْبَرَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بِذَ لِكَ فَقَالَ، "إِنْ كَانَ يُنْفَعُهُمْ ذَلِكَ فَلْيَصْنَعُوهُ، فَإِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنَّا، فَلَا تَؤَاخِذُونِي بِالظَنِّ، وَلَكِنْ إِذَاحَدَثْتَكُمْ عَنِ اللهُ شَيْئًا فَخُذُوْابِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ أُكَذِّبَ عَلَى اللهِ." )رواه مسلم(
Artinya :
Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi dan Abu Kamil al-Jahdari dan pada satu lafaz, Qutaibah berkata, “Menceritakan kepada kami Abu Awanat, dari Sima, dari Musa ibn Thalhah, dari ayahnya RA, katanya, “Aku berjalan bersama-sama Rasulullah SAW, maka di tengah jalan kami bertemu dengan sekelompok orang yang sedang diatas pohon kurma. Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian perbuat?” Jawab mereka, “Kami sedang mencangkok pohon kurma.” Kata Rasulullah SAW, “Menurut dugaanku, pekerjaan itu tidak ada gunanya.” Lalu mereka hentikan pekerjaan mereka. Tetapi kemudian dikabarkan orang kepada beliau bahwa pekerjaan mereka itu berhasil baik. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika pekerjaan itu ternyata bermanfaat bagi mereka, teruskanlah! Aku hanya menduga-duga. Maka janganlah di ambil peduli duga-dugaan itu. Tetapi jika aku berbicara mengenai agama Allah, maka pegang teguhlah itu, karena aku sekali-kali tidak akan berdusta terhadap Allah.”(H.R Muslim)

a.         Penjelasan Hadits
Hadits diatas diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan para perawi tersebut adalah sebagai berikut: sebagai periwayat ke-1 (sanad 6) adalah ayahnya Musa ibn Thalhah, sebagai periwayat ke-2 (sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, sebagai periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Sima, sebagai periwayat ke-4 (sanad 3) adalah Abu ‘Awanat, sebagai periwayat ke-5 (sanad 2) adalah Abu Kamil al-Jahdari, sebagai periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi, dan sebagai periwayat ke-7 (Mukharij) adalah Muslim.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah memutuskan suatu perkara hanya dengan menduga-duga seperti mencangkok pohon kurma. Namun setelah dikabarkan orang kepada Beliau bahwa hal tersebut menghasilkan (berhasil baik). Maka Rasulullah bersabda “jika pekarjaan itu bermanfaat maka teruskanlah, dan jangan memperdulikan dugaan-dugaan itu”
b.  Aspek Pendidikan
1)      Agar murid lebih memahami dengan apa yang dipelajari, biasanya peserta didik langsung memprktekkan apa yang mereka pelajari, dan inilah yang disebut dengan metode eksperimen.
2)      Metode eksperimen sangatlah baik juga, karena dalam ini murid tidak hanya mendapat materi-materi saja.
3)      Metode eksperimen akan selalu mengasah otak anak didik dalam melakukan eksperimen yang mereka ujikan.
4)      Dan metode ini biasanya digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan, seperti : Biologi, Fisika, Kimia dan lain sebgainya.[13]

6. Metode cerita atau kisah
Cerita termasuk salah satu media pengajaran yang sukses. Ia merupakan suatu cara pendidikan yang disenangi anak-anak dan orang dewasa. Murid-murid setiap tingkatan umur menyukai cerita-cerita tertentu dan senang membacanya. Boleh jadi metode cerita tersebut merupakan suatu faktor pendidikan yang penting untuk menumbuhkan sikap, mengubah nilai-nilai, menyeru pada kebaikan, serta menghias diri dengan akhlak, karena  cerita mempunyai daya kekuatan, pengaruh dan kekuatan bimbingan[14]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)

 Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori) 

Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang diharamkan.[15]
Analisis : 
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.
Metode kisah sangat penting, karena:
a.       Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, selanjutnya akan menimbulkan kesan dalam hati,
b.      Mendidik rasa keimanan dengan cara membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rido dan cinta, melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga terlibat secara emosional[16]










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu
3.  Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt, baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.
Metode metode yang dapat di gunakan diantaranya adalah:Metode Cramah, Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab, Metode Demonstrasi, Metode Exsperimen dll.









                           
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, 2009, Perencanaan Pembelajaran , Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Abdullah Mujib,  2008, Ilmu  Pendidikan Islam ,Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset.
Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press.
Djamaluddin, 1999,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta.
Hamdani, M.A, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:Pustaka Setia.
Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا ثلاثا, no. 116, Juz 1.
Juwariyah, 2010, Hadist Tarbawi, Yogyakarta: TERAS.
Lubna, 2009, Mengurai Ilmu Pendidikan Islam, Mataram: LKIM Mataram.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ramayulis, 2014,  Metodelogi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Kalam Mulia.
Roestiyah N,K, 2012, Strategi belajar Mengajar, Jakarta:PT Rineka Cipta.
Samsul Nizar,2002,Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).



[1] Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: , 1999), h. 114.
[2] Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hlm. 66
[3] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ,(Jakarta : Ciputat Press, 2002), 41
[4] Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam ,(Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008), 167
[5]  Ramayulis, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2014) hlm. 445-446
[6] http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).
[7] Lubna. Mengurai Ilmu Pendidikan Islam. (Mataram: LKIM Mataram, 2009). hlm. 75
[8] .Roestiyah N,K, Strategi belajar Mengajar,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2012)hlmn.5-22.

[9] Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: TERAS, 2010)hlm56
[10]  Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:Pustaka Setia,2011) hl. 157-158
[11] Juwariyah, Hadist Tarbawi,Op.Cit.,hlmn,20

[12] Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا ثلاثا, no. 116, Juz 1, h. 187.

[13]  http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).
[14] Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 66.

[16] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 144.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umat islam akan menyesal jika tidak memperhatikan hal ini

Perhatikanlah hadis nabi yang di kutip dari kitab  berikut ini. سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَ...