metode-metode pendidikan
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : hadis tarbwi
Dosen
Pembimbing :
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 1
M. MAHFUDZ
NASIR : 1511010297
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah "Hadist Tarbawi". Shalawat teriring salam
kami haturkan kepada Nabi Allah, Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman, semoga kita
semua mendapat safa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin ya robbal ‘alamin. Selanjutnya
kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing. dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulis makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami sadari bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, September 2016
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan merupakan sistem yang terjalin antara satu orang
atau lebih yang berinteraksi secara edukatif antara murid dan guru yang
berjalan secara disiplin, konsisten, dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
Salah satu jalan untuk mencapai tujuan pendidikan
untuk kehidupan kamil adalah dengan
adanya pendidikan agama, lebih khusus yakni pendidikan agama Islam
sebagai agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Pendidikan
sebagai transfer of knowledge merupakan mata tombak utama
dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Dimana dengan adanya pendidikan ini
maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Salah satu
alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama Islam. Yang mana
dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap
oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang pendidik agama Islam
maka harus perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam yang
efektif dan efisien.
Manusia telah diberi kemampuan untuk meneladani para
Rasul Allah dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu Rasul Allah yang harus
kita contoh dan menjadi panutan kita adalah Nabi Muhammad saw, karena beliau
telah menunjukan bahwa pada dirinya terdapat suatu keteladanan yang
mencerminkan kandungan al-Qur’an secara utuh. Juga dalam perilakunya terkandung
nilai-nilai paedagogis yang sangat berharga untuk kita praktikkan dalam dunia pendidikan,
baik pada sekolah formal maupun non formal.
Dalam Pendidikan Islam terdapat banyak variasi metode-metode atau
cara-cara yang digunakan untuk proses belajar mengajar, namun dalam
makalah kami akan menjelaskan metode-metode pendidikan agar tercapainya tujuan
pendidikan secara efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan metode pendidikan ?
2. Apa saja macam-macam metode pendidikan ?
3. Bagaimana penjelasan dari metode-metode tersebut ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pendidikan.
2.
Mengetahui dan memahami
macam-macam metode pendidikan yang di ambil dari hadis tarbawi.
3.
Memahami maksud
penjelasan dari metode-metode yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara bahasa metode
berasal dari bahasa Inggris method yang berarti cara, bahasa
Greeka metha berarti melalui atau melewati,
dan hodos jalan atau cara. Secara istilah metode
adalah jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai
tujuan yang diharapkan[1]. Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan
bahwa metode adalah :
1. Sesuatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2. Sesuatu teknik
mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi
tertentu
3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur[2]
Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina
serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke
arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka
pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim
yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt, baik kepada Tuhannya,
sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu
berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang
dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh
dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam[3]
Tugas
utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip
psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang
terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar
siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberiakan,
serta meningkatkan ketrampilan olah pikir[4]
B. Metode-Metode Pendidikan Islam
1. Metode Cramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan
secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini
terdapat di dalam Al Qur’an (Q.S. Yunus : 23)[5],
Sedangkan dalam hadis nabi berikut:
حَدَ ثَنَا قُتَيْبَة
بْن سَعِيْدٌ وَزُهَيْرِبْن حَرْبِ، قَالَ، حَدَ ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنْ عَبْدِ
اْلمَا لِكِ بْن عُمَر، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَة، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ،
لَمَّاأَنْزَ لَتْ هَذِهِ الأَيَةِ "وَأَنْذِرعَشِيْرَ نَكَ
اْلأَقْرَبِيْنَ" (الشعراء:125)، دَعَارَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَمَ قُرَيْسِيَّا، فَاجْتَمَعُوْا، فَعَمُّ وَخَصُّ. فَقَالَ،
"يَابَنِيْ كَعَبْ بِنْ لُؤَيْ، أَنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ.
يَابَنِيْ مُرَةْ بْن كَعَبِ، أَنْقِذُوااَنْفَسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ
هَاشِمَ، أَنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ عَبْدُ اْلمُطَلِبْ،
اُنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا فَا طِمَةُ، أَنْقِذِيْ أَنْفُسِكِ
مِنَ النَّارِ، فَإِنِّيْ لَا أَمْلَكَ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئَا. غَيْرَ أَنَّ
لَكُمْ رَحِمًا سَا بِلُهَا بِبِلَا لِهَا. " )رواه
مسلم(
Artinya :
Menceritakan kepada
kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan kepada kami
Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah,
ia berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang
terdekat(Q.S. Al-Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang
Quraisy. Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan
khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian
dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani
Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai Fatimah, selamatkanlah
dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah
terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan
aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim )
a. Penjelasan
Hadits :
Hadits diatas
diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan perawi tersebut adalah
sebagai berikut: periwayat ke-1 (sanad 6) adalah Abu Hurairah, periwayat ke-2
(sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Abdul Malik
ibn Umar, periwayat ke-4 (sanad 3) adalah Jarir, periwayat ke-5 (sanad 2)
adalah Zuhair ibn Harb, periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn
Sa’id, dan periwayat ke-7 adalah Muslim yang juga berkedudukan sebagai
Mukharij.
Hadits tersebut
menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu, atau mengajak orang lain untuk
mengikuti ajaran yang telah ditentukan, bahkan memberi peringatan kepada
siapapun dapat menggunakan metode ceramah. Seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus dihadapan orang-orang Quraisy
dengan tujuan mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya untuk menyelamatkan diri
dari neraka dengan usahanya sendiri, karena Rasulullah tidak kuasa menolak
sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
b. Aspek
Pendidikan
1) Menyampaikan
ilmu kepada orang lain salah satu penyampaiaannya adalah dengan metode
ceramah.
2) Dengan
metode ceramah, murid atau orang yang menerima ilmu itu, akan lebih merespon
dengan mendengarkan apa yang seorang guru bicarakan dalam ceramahnya.
3) Dalam
penyampaiannya, hendaklah seorang guru untuk mengemas materi yang ia akan
sampaikan dengan tata bahasa yang baik dan mudah diterima oleh murid.[6]
Jadi Yang dimaksud
dengan metode ceramah disini adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh
guru kepada sejumlah siswa yang biasanya berlangsung di dalam sebuah kelas.
Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilaksanakan di luar kelas. Dalam metode
ini, guru merupakan pihak yang aktif sementara murid cenderung pasif. Metode
ini tepat dipergunakan apabila menghadapi kondisi sebagai berikut :
1) Jumlah murid atau peserta didik cukup besar sehingga kurang atau tidak
efektif menggunakan metode yang lain.
2) Guru atau penceramahnya adalah orang yang pandai berbicara yang baik dan
berwibawa.
3) Materi yang kan disampaikan terlalu banyak sementara waktu yang tersedia
sedikit.
4) Materi yang akan disampaikan merupakan keterangan atau penjelasan (tidak
terdapat alternatif lain yang dapat didiskusikan).[7]
2. Metode Diskusi
Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu :”Discussus” yang
berarti memeriksa ,menyelidik.dalam pengertian umum, diskusi ialah suatu proses
yang melibatkan dua atau lebih individu yang saling tukar pengalaman, pendapat,
informasi dan memecahkan masalah, dapat terjadi semuanya aktif tidak ada yang
pasif sebagai pendengar saja.[8]
hadis dasar pengambilan metode ini adalah:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ
أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ
أَنْصُرُهُ قَالَ تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ
نَصْرُهُ (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda :
“Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya :
“Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab :
“tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya
itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada
umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum
(didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut
orang arab berarti (اعانة)
pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang
dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak
mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas.
Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan
menolong orang yang beruat dzalim[9]
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan
keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang
paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh
Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun
Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan
tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak
agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada
permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah
perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan
pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi
sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.
3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat, apabila
pelaksanaannya di tunjukan untuk :
a.
Meninjau
ulang pembelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi
perhatian;
b.
Menyelingi
pembicaraan agar tepat mendapatkan perhatian siswa;
c.
Mengarahkan
pengamatan dan pemikiran mereka.[10]
Hadis
Rasulullah SAW yang mengandung unsur metode tanya Jawab Adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ
الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ
أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau
menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian
yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)
Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling
berjasa dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah
mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit,
bayi yang masih berada dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan
berada, bahkan tidak jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai
berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan
kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi
mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik
kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru
kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan
bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan
pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan
dan dan lain sebagainya[11]
Analisis :
Dari penjelasan hadist
diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi
pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun
sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang
memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta
didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan
siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau
pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan
apa yang telah diceramahkan.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda,
atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat
dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun
tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِى عَائِشَةَ عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الطُّهُورُ فَدَعَا
بِمَاءٍ فِى إِنَاءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا
ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ
إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى
ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ وَبِالسَّبَّاحَتَيْنِ بَاطِنَ أُذُنَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ
رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ « هَكَذَا الْوُضُوءُ فَمَنْ زَادَ
عَلَى هَذَا أَوْ نَقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ وَظَلَمَ »[12] أَوْ« ظَلَمَ
وَأَسَاءَ ».
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada
kami Abu 'Awanah dari Musa bin Abu Aisyah dari 'Amru bin Syu'aib dan Ayahnya
dari Kakeknya bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara
bersuci? Maka beliau memerintahkan untuk didatangkan air di dalam bejana, lalu
beliau membasuh telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali,
kemudian membasuh kedua lengannya tiga kali, kemudian mengusap kepalanya lalu
memasukkan kedua jari telunjuknya pada kedua telinganya, dan mengusap bagian
luar kedua telinga dengan kedua ibu jari dan bagian dalam kedua telinga dengan
kedua jari telunjuknya, kemudian membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali,
kemudian beliau bersabda: “Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang menambah
atau mengurangi dari keterangan ini, maka dia telah berbuat kejelekan dan
kezhaliman atau kezhaliman dan kejelekan.” (HR. Abi Daud).
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang
sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana
proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana
seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau
seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya
bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
5. Metode exsperimen
Metote eksperiman
ialah cara pembelajaran dengan melakukan percobaan terhadap materi yang sedang
dipelajari, setiap proses dan hasil percobaan itu diamati dengan seksama.
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam,
ilmu kimia, dan yang sejenisnya. Adapun hadits yang berkaitan dengan metode
eksperiman, yaitu:
حَدَثَنَا قُتَيْبَةِ
بْن سَعِيْد اَلْثَقَفِيْ وَ أَبُو كَامِلْ اَلْجَحْدَرِيْ- وَتَقَارَبَ فِيْ
اللَفْظِ. وَهَذَا حَدِيْثُ قُتَيْبَة قَالَ، "حَدَثَنَا أَبُواعَوَانَةْ،
عَنْ سِمَاكْ، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ،"مَرَرْتُ
مَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِقَوْمٍ عَلَى الرَؤْسِ
النَّخْلِ. فَقَالَ،"مَايَصْنَحُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالُوْا،"يَلْقِحُوْنَهُ،
يَجْعَلُوْنَ الذَ كَرَفِيْ اْلأُنْثَى، فَتَلَقَحْ. "فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم،"مَا أَظُنُّ يَعْنِي ذَلِكَ شَيْئَ".
قَالَ،"فَأَخْبَرُوْا بِذَ لِكَ فَتَرَكُوْهُ، فَأَخْبَرَ رَسُولُ الله صلى
الله عليه وسلم بِذَ لِكَ فَقَالَ، "إِنْ كَانَ يُنْفَعُهُمْ ذَلِكَ
فَلْيَصْنَعُوهُ، فَإِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنَّا، فَلَا تَؤَاخِذُونِي بِالظَنِّ،
وَلَكِنْ إِذَاحَدَثْتَكُمْ عَنِ اللهُ شَيْئًا فَخُذُوْابِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ
أُكَذِّبَ عَلَى اللهِ." )رواه
مسلم(
Artinya :
Menceritakan kepada
kami Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi dan Abu Kamil al-Jahdari dan pada satu
lafaz, Qutaibah berkata, “Menceritakan kepada kami Abu Awanat, dari Sima, dari
Musa ibn Thalhah, dari ayahnya RA, katanya, “Aku berjalan bersama-sama
Rasulullah SAW, maka di tengah jalan kami bertemu dengan sekelompok orang yang
sedang diatas pohon kurma. Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian perbuat?”
Jawab mereka, “Kami sedang mencangkok pohon kurma.” Kata Rasulullah SAW,
“Menurut dugaanku, pekerjaan itu tidak ada gunanya.” Lalu mereka hentikan
pekerjaan mereka. Tetapi kemudian dikabarkan orang kepada beliau bahwa
pekerjaan mereka itu berhasil baik. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika
pekerjaan itu ternyata bermanfaat bagi mereka, teruskanlah! Aku hanya
menduga-duga. Maka janganlah di ambil peduli duga-dugaan itu. Tetapi jika aku
berbicara mengenai agama Allah, maka pegang teguhlah itu, karena aku
sekali-kali tidak akan berdusta terhadap Allah.”(H.R Muslim)
a. Penjelasan Hadits
Hadits diatas
diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan para perawi tersebut adalah
sebagai berikut: sebagai periwayat ke-1 (sanad 6) adalah ayahnya Musa ibn
Thalhah, sebagai periwayat ke-2 (sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, sebagai
periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Sima, sebagai periwayat ke-4 (sanad 3) adalah
Abu ‘Awanat, sebagai periwayat ke-5 (sanad 2) adalah Abu Kamil al-Jahdari,
sebagai periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi, dan
sebagai periwayat ke-7 (Mukharij) adalah Muslim.
Hadits tersebut
menjelaskan bahwa Rasulullah memutuskan suatu perkara hanya dengan menduga-duga
seperti mencangkok pohon kurma. Namun setelah dikabarkan orang kepada Beliau
bahwa hal tersebut menghasilkan (berhasil baik). Maka Rasulullah bersabda “jika
pekarjaan itu bermanfaat maka teruskanlah, dan jangan memperdulikan
dugaan-dugaan itu”
b. Aspek Pendidikan
1) Agar
murid lebih memahami dengan apa yang dipelajari, biasanya peserta didik
langsung memprktekkan apa yang mereka pelajari, dan inilah yang disebut dengan
metode eksperimen.
2) Metode
eksperimen sangatlah baik juga, karena dalam ini murid tidak hanya mendapat
materi-materi saja.
3) Metode
eksperimen akan selalu mengasah otak anak didik dalam melakukan eksperimen yang
mereka ujikan.
4) Dan
metode ini biasanya digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan, seperti :
Biologi, Fisika, Kimia dan lain sebgainya.[13]
6. Metode cerita atau kisah
Cerita termasuk salah satu media pengajaran yang sukses. Ia merupakan suatu
cara pendidikan yang disenangi anak-anak dan orang dewasa. Murid-murid setiap
tingkatan umur menyukai cerita-cerita tertentu dan senang membacanya. Boleh
jadi metode cerita tersebut merupakan suatu faktor pendidikan yang penting
untuk menumbuhkan sikap, mengubah nilai-nilai, menyeru pada kebaikan, serta
menghias diri dengan akhlak, karena cerita mempunyai daya kekuatan,
pengaruh dan kekuatan bimbingan[14]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا
فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ
الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي
فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ
فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا
فِي البَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW
bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa
sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan
minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing
menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu
berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi
dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit
sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala
karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa
basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus
sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum,
kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing
menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu
berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi
dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit
sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist
ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah
meskipun pada hewan yang diharamkan.[15]
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat
menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak
didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini
merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam
menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah
menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan
aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi
pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada
dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik
dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah
tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.
Metode kisah sangat penting, karena:
a. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk
mengikuti peristiwanya, selanjutnya akan menimbulkan kesan dalam hati,
b.
Mendidik rasa keimanan
dengan cara membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rido dan cinta,
melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga terlibat secara
emosional[16]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara
teknis menerangkan bahwa metode adalah :
1. Sesuatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
2. Sesuatu teknik
mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi
tertentu
3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung
jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah
sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan
fungsinya sebagai Khalifah Allah swt, baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan
sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada
ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan
pencapaian tujuan pendidikan Islam.
Metode metode yang dapat di gunakan diantaranya adalah:Metode
Cramah, Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab, Metode Demonstrasi, Metode
Exsperimen dll.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2009, Perencanaan Pembelajaran , Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Abdullah Mujib, 2008,
Ilmu Pendidikan Islam ,Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset.
Arief Armai, 2002, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press.
Djamaluddin,
1999,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta.
Hamdani, M.A, 2011, Strategi
Belajar Mengajar, Bandung:Pustaka Setia.
Imam Ibnu
Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا
ثلاثا, no. 116, Juz 1.
Juwariyah, 2010, Hadist Tarbawi, Yogyakarta: TERAS.
Lubna, 2009, Mengurai Ilmu Pendidikan Islam, Mataram:
LKIM Mataram.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ramayulis, 2014, Metodelogi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta:Kalam Mulia.
Roestiyah N,K, 2012, Strategi
belajar Mengajar, Jakarta:PT Rineka Cipta.
Samsul Nizar,2002,Filsafat Pendidikan Islam :
Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).
http://m.manjaddawajadda.abatasa.co.id/post/detail/26348/my.education.htmdiaksespada
21-9-2013pukul 20.00 WIB
[1] Djamaluddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta:
, 1999), h. 114.
[2] Samsul
Nizar. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan
Praktis. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hlm. 66
[3] Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam ,(Jakarta : Ciputat Press, 2002), 41
[4] Abdullah
Mujib, Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta : Fajar
Inter Pratama Uffset, 2008), 167
[5] Ramayulis, Metodelogi Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2014) hlm. 445-446
[6]
http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).
[8]
.Roestiyah N,K,
Strategi belajar Mengajar,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2012)hlmn.5-22.
[10] Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:Pustaka
Setia,2011) hl. 157-158
[11]
Juwariyah, Hadist
Tarbawi,Op.Cit.,hlmn,20
[12] Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, باب الوضوء ثلاثا ثلاثا,
no. 116, Juz 1, h. 187.
[13] http://antariksamuhammad.blogspot.co.id/2015/03/makalah-hadis-tarbawi-tentang-metode.html?m=1(07:47.15-11-16).
[14] Muhammad Abdul Qadir
Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008), hlm. 66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar